Liputan6.com, Jakarta Pahlawan nasional dokter Tjiptomangunkusumo dijadikan sebagai gambar pada bagian depan rupiah logam NKRI dengan pecahan Rp 200. Hal ini tentu sangat menarik mengingat sosoknya baru kali ini terpampang di mata uang baru.
Mengingat perjuangannya silam, Tjiptomangunkusumo memang bukan sekadar dokter profesional. Dia merupakan salah satu pendiri Indische Partij, organisasi politik bersama Douwes Dekker, dan Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryadiningrat).
Ia banyak melakukan perjuangan melalui tulisan-tulisan yang mengkritik pemerintah Belanda di Indonesia. Kegiatan yang berseberangan dengan Belanda membuatnya sering dibuang dan ditahan ke berbagai pelosok negeri, bahkan ke negeri Belanda.
Advertisement
Pria kelahiran Ambarawa 1886 ini sering menulis tentang penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda, yang diterbitkan di harian De Express. Ini dianggap sebagai usaha menanamkan kebencian terhadap Belanda.
Akibatnya, dr. Tjipto yang kala itu bertugas sebagai dokter pemerintah di Demak, usai memperoleh ijazah STOVIA, diberhentikan dari pekerjaannya.
Pada 1913 ia pun dibuang ke Belanda. Namun tak sampai setahun, ia dikembalikan ke Indonesia karena sakit asma yang dideritanya.
Tak sampai di situ, kritik pedas terus dilontarkan untuk Belanda melalui Volksraad, yang membuatnya dibuang dari Solo, dan menjadi tahanan kota di bandung. Padahal, saat itu ia tengah membuka praktik dokter.
Selama di Bandung, ia pun mengumpulkan tokoh pergerakan nasional di rumahnya. Belanda mengetahui hal itu kembali membuang Tjipto ke Banda Neira pada 1927. Di sana ia ditahan selama 13 tahun.
Dari Banda Neira, ia dipindahkan ke Ujungpandang, kemudian Sukabumi, Jawa Barat. Namun, karena udara Sukabumi tak cocok dengan penyakit asmanya, ia kembali dipindahkan ke Jakarta hingga akhir hayat pada 8 Maret 1943, dan dimakamkan di Watu Ceper, Ambarawa.
Selain terpampang dalam gambar depan uang baru, kini nama Dr. Tjiptomangunkusumo diabadikan sebagai rumah sakit rujukan nasional di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo.