Liputan6.com, Jakarta Praktisi kesehatan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr Ari Fahrial Syam, juga pernah merasakan keseruan "Om Telolet Om" kira-kira 40 tahun yang lalu.
Kala itu Ari kecil masih tinggal di salah satu gang padat di daerah Tanah Abang. Ia dan teman-teman sepermainan kerap menunggu kendaraan berukuran besar melintas di depan mereka. Rasa senang segera muncul bila mereka bisa mendengar suara klakson (telolet) yang keluar dari bus antarkota yang akan masuk ke terminal bus Tanah Abang.
"Sebenarnya, jalan di depan gang saya tinggal tidak dilalui bus antarkota. Namun, menjelang Lebaran saat bulan Ramadan, saat pasar Tanah Abang dipenuhi para pedagang kaki lima, bus antarkota yang akan masuk ke terminal bus Tanah Abang harus memutar melalui jalan KH Mas Mansyur terlebih dulu," kata Ari dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Senin (26/12/2016)
Advertisement
Ari melanjutkan, kegiatan menonton bus antarkota melintas di jalan besar baru akan dilakukan setelah Ari dan teman-teman selesai bermain bola. Ari ingat betul bagaimana dia dan teman-temannya suka teriak-teriak untuk minta dibunyikan klakson, persis anak-anak di video Om Telolet Om.
Ketika Ari dan teman-teman berteriak "Bang Klakson Bang", si sopir pun akan membunyikan suara klaksonnya. "Dulu suara klakson hanya 'bem... bem' bukan telolet kayak sekarang ini," kata Ari menambahkan.
Oleh karena itu, Ari melihat ini adalah fenomena yang biasa terjadi ketika anak-anak bermain di pinggir jalan dan menikmati kegaduhan yang muncul dari klakson bus. Secara kebetulan pula ada orang "cerdas" yang mengabadikan momen 'Om Telolet Om' menggunakan ponsel, yang kemudian diunggah ke situs YouTube atau Vidio.com .
Hanya saja Ari menilai, ada hal-hal yang harus diwaspadai bahwa permintaan Om Telolet Om tidak boleh menggejala ke jalan-jalan utama, bahkan jalan tol.
Menurut Ari, beberapa hari yang lalu, ada sejumlah anak yang meminta Om Telolet Om dekat pintu keluar Tol Bandar Udara Soekarno Hatta.
"Sungguh berbahaya. Bukan saja buat anak-anak atau orang yang meminta dibunyikan klakson, tetapi juga mengganggu pengendara lain. Konsentrasi jadi terpecah saat sedang berkendara," kata Ari menambahkan.
Karena kita tetap harus konsisten bahwa fungsi klakson adalah sebagai media komunikasi antarpengendara, klakson sebaiknya baru digunakan ketika ada keperluan untuk komunikasi tersebut. Jadi kalau membunyikan klakson tanpa alasan jelas, tak ubahnya seperti orang gila yang bicara sendiri.
"Jadi, sebenarnya si sopir harus tetap bijaksana dalam membunyikan klakson tersebut. Sesekali tentu boleh untuk memenuhi permintaan anak-anak tersebut, tapi juga tidak boleh kebablasan," kata Ari mengingatkan.
Ari yakin bahwa fenomena Om Telolet Om akan berlalu ketika masa liburan sudah selesai. "Sekali lagi, Om Telolet Om mengingatkan masa kecil saya yang pada waktu itu selalu minta 'Bang Klakson Bang'. Dan kami semua merasa senang dan bahagia," kata Ari menjelaskan.