Sukses

Ini Kata Pakar Lie Detector tentang Pembunuhan Sadis Pulomas

Pembunuhan sadis Pulomas masih dipelajari pihak berwenang. Benarkah murni perampokan atau perampokan 'jadi-jadian'?

Liputan6.com, Jakarta CCTV yang memperlihatkan Ir Dodi Triono pulang ke rumah merupakan kunci utama untuk mengungkap motif di balik pembunuhan sadis Pulomas.

Dari CCTV itu kita jadi tahu, murni perampokan atau perampokan "titipan", yang artinya memang ada pihak yang ingin "memberi pelajaran" untuk salah seorang penghuni rumah.

Itulah hipotesis dari pakar lie detector, Handoko Gani MBA BAII, setelah melihat dua CCTV dari rumah kejadian pembunuhan sadis Pulomas.

"Saya juga sudah interview dengan Kapolsek dan Kapolda. Dan saya sempat berbincang dengan wartawan lapangan yang bertugas untuk meliput. Akhirnya, sampai pada sebuah hipotesis ini," kata Handoko kepada Health Liputan6.com pada Jumat (30/12/2016)

Menurut Handoko, bila dari CCTV yang memperlihatkan Ir Dodi Triono pulang ke rumah ternyata telah terjadi usaha untuk menggeledah rumah dan mengambil harta benda, maka bisa jadi memang murni perampokan.

"Namun, bila kenyataannya adalah perampok tidak ngapa-ngapain dan menunggu almarhum Pak Dodi pulang, artinya memang perampokan jadi-jadian atau perampokan titipan," kata Handoko.

"Termasuk, ketika mereka mengorek-ngorek rumah untuk mencari dokumen, misalnya. Itu termasuk ke dalam perampokan titipan atau jadi-jadian," kata Handoko menambahkan.

Suami dari ahli grafologi, Deborah Dewi, adalah orang Indonesia pertama yang menyelesaikan program Post Graduate BAII (Behavior Analysis and Investigative Interview) di EIA (Emotional Inteligence Academy) di Inggris.

Handoko melanjutkan, kekerasan fisik saja belum menjadi sebuah pertanda bahwa pembunuhan sadis Pulomas murni perampokan. Begitu juga pembunuhan yang telah merenggut nyawa enam orang, belum bisa menjadi pertanda apa pun.

"Kenapa? Kalau ini perampokan jadi-jadian, terjadi penyekapan, penyekapan ini sebetulnya adalah warning atau pembelajaran untuk salah satu penghuni rumah. Kemungkinan besar adalah Pak Dodi agar tidak melakukan sesuatu," kata Handoko.

Dan di sisi lain, bisa juga tindak penyekapan adalah bagian dari perampokan. "Jadi, penyekapan atau kematian belum menjadi sebuah tanda bahwa ini murni perampokan atau murni perampokan jadi-jadian," kata Handoko menekankan.

Dari hipotesis di atas terungkap bahwa CCTV pada bagian tersebut sebaiknya segera dilihat. Dari situ akan terjawab seputar motif pembunuhan sadis Pulomas yang meninggalkan trauma mendalam di diri bocah AZK.

"Kita tidak bisa melihat hanya dari rekaman saat masuknya perampokan. Kita masih sanksi, ragu, apakah betul itu perampokan jadi-jadian atau apakah betul itu perampok isidentil (di mana rampok datang tanpa perencanaan. Karena melihat pintu rumah terbuka, dia masuk)," kata Handoko menjelaskan.

Untuk sementara ini, ujar Handoko, kalau pembunuhan sadis Pulomas diasumsikan saat kejadian Dodi pulang ke rumah sudah ada penggeledahan rumah untuk mencari barang berharga, maka muncul satu hipotesis bahwa ini adalah perampokan isidentil. Pulangnya Dodi ke rumah pun bukan kepulangan yang diinginkan oleh para rampok, sehingga mereka terkejut, menodongkan senjata, yang membuat Dodi terpaksa menurut untuk masuk ke dalam kamar mandi.

"Kunci (mengungkap motif pembunuhan sadis Pulomas) di situ. Kalau ada perdebatan dengan kata-kata spesifik, maka penyekapan itu adalah bagian dari pembelajaran untuk Pak Dodi dan kemungkinan ada persaingan usaha. Kita belum bisa menjawabnya karena kita perlu melihat dulu CCTV-nya," kata Handoko

Video Terkini