Liputan6.com, Jakarta Kafein yang biasanya ada pada kopi atau teh memiliki kandungan metabolisme seperti xanthine dan theobromine yang mana diyakini kaya akan antioksidan.
Adanya antioksidan dipercaya dapat membantu proses penyembuhan luka akibat infeksi, luka bakar dan jenis luka lainnya. Ini merupakan pemikiran umum yang selama ini dianggap betul oleh kebanyakan orang.
Melansir Advance Tissue, Jumat (20/1/2017), sebuah penelitian menunjukan bahwa pemikiran tersebut tidaklah benar dan pengonsumsian atau penggunaan kafein untuk mengatasi masalah luka bakar justru akan memperburuk situasi dengan proses penyembuhan kian melambat dan rasa perih semakin terasa.
Penelitian yang dipublikasikan pada bulan Juli tahun 2014 silam dalam International Wound Journal ini menunjukan bahwa kafein mempengaruhi proses epitelisasi yaitu ketika kulit berupaya menciptakan jaringan kulit baru di atas bagian yang luka.
Pasalnya kafein menghambat penyebaran sel keratinosit di bagian permukaan kulit yang terluka dan membuat tahapan penyembuhan luka semakin sulit dilalui dengan cepat.
Terlebih, minum kafein diyakini juga turut membuat proses penyembuhan luka bakar menjadi lebih lama durasinya.
Bila tidak ingin terlalu lama tersiksa dengan rasa sakit sekaligus perih akibat luka bakar, menghindari kafein sangatlah disarankan.