Liputan6.com, Jakarta Melindungi anak merupakan salah satu tugas utama setiap orangtua. Meski si anak telah secara sengaja atau tidak melakukan hal buruk, orangtua akan selalu membelanya dan melindunginya dari segala bentuk ancaman yang ada di dunia.
Tugas kedua orangtua sangatlah berat lantaran keselamatan jiwa anak yang masih rapuh ada di tangan mereka hingga dewasa nanti. Mereka pasalnya harus memastikan sang anak terhindar dari segala bentuk ancaman.
Baca Juga
Dari banyaknya jenis ancaman, ada 10 yang kerap menjadi alasan setiap orangtua ketar-ketir karena tingkat keseriusan dari kondisi tersebut dan dampaknya terhadap masa depan anak.
Advertisement
Melansir US News, Rabu (25/1/2017), berikut 10 hal mengancam anak yang paling sering membuat orangtua ketar-ketir.
Obesitas
Ketika berat badan anak melampaui batas normal dan tidak bisa dikendalikan dalam jangka waktu lama maka sangat mungkin sang anak menderita obesitas. Orangtua sangat khawatir pada anaknya yang obesitas karena kondisi ini mengundang penyakit seperti diabetes, depresi serta penyakit jantung.
Bullying
Orangtua tidak akan bisa menerima dengan lapang dada jika anaknya terbukti menjadi korban penindasan. Mereka khawatir sang anak akan stres seiring dengan menyurutnya kepercayaan diri. Orangtua akan jadi lebih takut melepaskan anaknya meski sudah dewasa umurnya karena selalu ingat anaknya sempat dikucilkan dan kesulitan membela diri.
Terpapar hal-hal berbahaya
Penyalahgunaan obat-obatan terlarang/narkoba
Penggunaan obat-obat beracun ini pasalnya akan merusak fungsi organ dalam tubuh anak dan dampaknya baru akan kelihatan ketika ia dewasa. Sikap dan perilakunya pun bisa berubah hingga tata krama terhadap orangtua bisa hilang mendadak akibat fase ketidaksadaran tersebut.
Penyalahgunaan internet
Otak anak masih didominasi oleh rasa penasaran yang sangat tinggi. Akses yang terlalu bebas dalam penggunaan internet akan memotivasinya untuk menyaksikan hal-hal yang tidak lazim atau tidak sesuai pada umurnya. Ini sangat sulit dikontrol karena di lain sisi orangtua juga tidak ingin mengekang anak untuk mencari ilmu lewat internet dan bisa bersosialisasi.
Penganiayaan
Orangtua juga sangat takut akan potensi anak dianiaya oleh orang lain. Ini lebih sering terjadi pada anak perempuan. Ketika kesejahteraan perempuan tidak terjamin maka sangat mungkin ia tumbuh dengan perasaan takut, tidak yakin, sering curiga dan tidak bisa senantiasa bahagia.
Advertisement
Godaan seks dan rokok
“Sexting”
Sexting atau obrolan senonoh lewat sms antar dua anak muda yang tengah menjalin hubungan asmara khususnya ketika SMA kini menjadi ancaman baru bagi para orangtua. Keberadaan teknologi pasalnya disalahgunakan dan diubah menjadi ranah pelampiasan hawa nafsu. Orangtua sangat khawatir karena ini menyangkut harga diri anak yang bisa tercoreng sampai ia dewasa nanti.
Merokok
Tidak bisa dipungkiri lagi merokok jadi ancaman bagi para orangtua yang anaknya baru memasuki usia dewasa. Rasa penasaran anak mereka begitu tinggi akan nikotin dan sekali mencoba umumnya berujung ketagihan. Orangtua khawatir sang anak akan mengidap penyakit paru-paru dan lainnya yang berhubungan dengan efek buruk merokok. Mereka juga khawatir anak akan menjadi boros karena uang banyak dikeluarkan untuk membeli rokok.
Kekerasan
Ini umumnya dirasakan orangtua yang memiliki anak laki-laki. Mereka menganggap kedudukan atau status sebagai seorang pejantan begitu penting melebihi apa pun sehingga akan melakukan apa saja untuk menunjukan sekaligus mempertahankannya. Salah satu caranya adalah lewat perkelahian yang tiada henti mengandalkan kekerasan. Orangtua sebetulnya bisa merasakan dua hal, takut akan anak disakiti dan juga menyakiti yang lain.
Kehamilan dini dan stres
Kehamilan dini
Orangtua cenderung lebih protektif terhadap anak perempuan karena jika dibiarkan membuat keputusan sendiri akan suatu hal bisa berakibat buruk. Salah satunya adalah kehamilan dini. Mereka tidak hanya dibebani dengan peran seorang ibu yang belum siap ia mainkan, mereka juga berpotensi alami stres berkepanjangan karena menyesal masa mudanya tidak dinikmati secara normal.
Stres
Anak tidak seharusnya stres; ia harusnya ambisius, bersemangat, senang, riang gembira setiap saat. Jika anak sudah menunjukan tanda-tanda stres di usia yang masih tergolong muda, maka sangat mungkin kondisi itu menjadi permanen dan merubah karakternya secara menyeluruh.
Advertisement