Sukses

Kucing Kesayangan Bisa Tingkatkan Risiko Alzheimer

Parasit yang umum ditemukan di feses kucing mengubah kimiawi di otak manusia, menjadikannya sebagai lahan subur berkembangnya Alzheimer

Liputan6.com, Jakarta Kucing ternyata bisa meningkatkan risiko Alzheimer pada pemiliknya. Begitulah menurut laporan baru yang mengatakan, parasit yang umum ditemukan di feses kucing mengubah kimiawi di otak manusia--menjadikannya sebagai lahan subur untuk berkembangnya penyakit tersebut.

Penemuan baru ini dibangun dari studi sebelumnya yang menghubungkan parasit pada kucing--Toxoplasma godii--dengan meningkatnya risiko kanker otak, gangguan kecemasan, dan szirofenia.

Melansir Daily Mail, Kamis (26/01/2017) dilaporkan, hampir sepertiga orang di seluruh dunia diduga memiliki infeksi T. gondii dan risiko lainnya. Termasuk pemilik kucing yang tidak mencuci tangannya secara bersih setelah membersihkan tempat pembuangan kucing. Termasuk juga wanita hamil, yang bisa menularkan infeksi tadi ke janinnya.

Begitu infeksi terjadi, parasit tadi akan langsung pindah ke otak.

Simtomnya bisa beragam, dan beberapa orang mengatakan mereka tidak memiliki tanda-tanda yang tampak dari luar dari infeksi tadi. Sedangkan ada juga sebagian orang lain langsung mengalami sakit parah dan menunjukkan tingkah laku dan perubahan kimiawi otak yang serupa skizofrenia.

Namun, karena infeksi kronis ini menargetkan otak, para peneliti kemudian meneliti apakah hal ini bisa jadi penyebab Alzheimer, skizofrenia, atau gangguan suasana hati dan bukan hanya menyerupainya tanda-tanda dari penyakit-penyakit tadi.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Parasitology berfokus pada tikus, beberapa telah terinfeksi parasit dan lainnya dirancang untuk menjadi model penyakit Alzheimer. Tikus-tikus tadi kemudian diuji tingkah laku dan perubahan molekularnya.

Para penulis penelitian, dari Lorestan University of Medical Sciences di Iran menemukan, setelah terinfeksi parasit, tikus memiliki gangguan ingatan dan fungsi memori, sama seperti mereka dengan penyakit Alzheimer.

Infeksi ini juga mengubah kimia otak tikus-tikus tadi. Pada satu grup, infeksi meningkat serupa seperti penyakit Alzheimer.

Michael Sukhdeo, editor dari Journal of Parasitology mengatakan, sangatlah mungkin bahwa T. gondii berhubungan dengan Alzheimer, "mengingat parasit itu suka tinggal di otak."

Dia menambahkan, "Hal ini juga menjadi kekhawatiran kesehatan masyarakat sehubungan dengan wanita hamil, yang sudah diperingatkan untuk tidak membersihkan tempat pembuangan kucing karena khawatir janinnya akan terinfeksi."

Para penulis menemukan, parasit bisa mempengaruhi perkembangan penyakit Alzheimer di otak tikus baik secara langsung dan tidak langsung.

Jika penemuan ini berlaku sama pada otak manusia, parasit tadi bisa jadi momok di masyarakat, baik bagi bayi baru lahir dan orang dewasa.