Liputan6.com, Jakarta Buku Harry Potter karya J.K. Rowling sempat booming beberapa tahun lalu dan sukses menyihir jutaan pembaca di seluruh dunia. Namun siapa sangka, kehadiran buku karya penulis asal Inggris ini mampu membuat pembacanya jadi sosok lebih baik hati.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan Journal of Applied Social Psychology, pembaca buku Harry Potter cenderung tidak menghakimi kehadiran kelompok-kelompok yang mendapat stigma buruk, seperti kaum imigran dan pengungsi.
Menurut peneliti, konflik yang dihadirkan Rowling tentang sosok baik dan buruk membuat pembaca jadi lebih terbuka terhadap perbedaan. Seperti dikisahkan bagaimana Harry menerima bahkan menyayangi kelompok yang dikucilkan. Misalnya ketika Harry selalu membela peri rumah yang kerap dianggap sebagai budak.
Advertisement
Mengutip laman Goodhousekeeping, Sabtu (28/1/2017), pembaca buku Rowling juga jadi belajar mengenai perjuangan hidup. Dikisahkan dalam buku tersebut Harry adalah anak yatim piatu serta mesti tumbuh dalam keterbatasan.Â
Studi ini dilakukan terhadap anak-anak usia Sekolah Dasar, SMA, dan mahasiswa yang sempat membaca beberapa edisi buku Harry Potter.