Liputan6.com, Jakarta Deteksi dini kanker payudara sangat diperlukan demi mencegah terjadinya stadium akut. Deteksi dini kanker payudara biasanya berupa Pemeriksaan Payudara Klinis (Sadanis) atau Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari).
Ada pula pemeriksaan kanker payudara yang lebih dini lagi dengan pemeriksaan gen berupa tes BRCA1 dan BRCA2, seperti yang dilakukan Angelina Jolie.
Tes ini mengambil sampel darah seseorang. Pemeriksaan gen akan melihat, apakah seseorang positif terkena kanker payudara atau tidak (sebelum kanker payudara muncul).
Advertisement
Baca Juga
Lantas, mana yang lebih baik?
Deteksi dini menggunakan teknik sadanis dan sadari memiliki keunggulan sendiri karena mudah dilakukan.
Anda dapat lebih cepat mengetahui hasil pemeriksaan secara langsung, sarana laboratorium tidak begitu diperlukan, serta pemeriksaan ini termasuk cara yang benar untuk mendeteksi kanker stadium awal sebesar 68 persen (menurut laporan Regional Workshop NCCP India pada tahun 2010).
Sementara itu, pemeriksaan gen tak hanya mampu mendeteksi kanker payudara, tapi juga kanker ovarium. Jika hasil pemeriksaan positif, sepanjang hidup seseorang kemungkinan bisa terkena kanker payudara sebesar 85 persen dan kanker ovarium sebesar 60 persen.
Namun, pemeriksaan gen ini tidak mampu menunjukkan lebih rinci, kapan seseorang akan mengalami kanker payudara, entah 10 tahun, 20 tahun atau 30 tahun ke depan.
Berdasarkan penelitian, hingga kini pemeriksaan positif hanya 5 persen, sisanya 95 persen negatif.
"Semua orang boleh dites. Tapi ada konsekuensi saat hasilnya positif, apakah ingin langsung diangkat atau diobservasi (dipantau). Kalau diobservasi, orang yang bersangkutan akan kepikiran terus. Biaya yang dikeluarkan juga mahal mencapai Rp300 juta, karena sampel akan dikirim ke Singapura atau Australia," jelas Wakil Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN), Dr Sonar Soni Panigoro dalam sesi wawancara peringatan Hari Kanker Sedunia 2017 di Kementerian Kesehatan RI, Jakarta Selatan, ditulis Kamis (2/2/2017).
Lebih lanjut, dokter Soni mengungkapkan, deteksi dini yang penting secara murah lewat pemeriksaan sadanis dan sadari.
"Anda juga bisa melakukan pemeriksaan USG atau mamografi (pemeriksaan payudara menggunakan sinar X) yang berkisar Rp 600 ribu atau Rp 700 ribu. Sebenarnya, saya tidak terlalu setuju dengan tes gen. Di Indonesia, kita bisa saja tes gen tapi sampel masih harus dikirim keluar negeri dan itulah yang membuatnya mahal," tutupnya.Â
Kanker payudara menjadi salah satu penyakit yang amat dicemaskan kaum wanita. Hal ini dikarenakan tiap wanita berisiko mengalami kanker payudara. Kasus kematian akibat kanker payudara pun menduduki peringkat nomor satu di Indonesia diikuti kanker serviks, menurut data dari Globocan, IARC (International Cancer Research: Cancer Epidemiology and Genetic Database) 2012.