Liputan6.com, Edinburgh, Inggris Parasetamol dapat merusak struktur jaringan hati. Hal ini berarti sel-sel yang ada di hati tidak dapat berfungsi dengan baik bahkan mati. Dalam kondisi yang akut, parasetamol akan memicu timbulnya kanker pada hati, menurut para ahli.
Baca Juga
Advertisement
Di sisi lain, keracunan yang disebabkan terlalu banyak konsumsi parasetamol juga merusak hati sehingga sulit diobati dan berakibat fatal.
Para peneliti meyakini, temuan mereka bisa menginspirasi penelitian lebih lanjut soal pengobatan untuk melawan penyakit akibat yang membahayakan dari dosis berlebihan konsumsi parasetamol.
Kondisi ini merupakan penyebab utama gagal hati akut di dunia Barat.
Peneliti dari University of Edinburgh, Inggris mempelajari dampak obat penghilang rasa sakit ini pada sel-sel hati dalam jaringan manusia dan tikus.
Sel dan hati rusak
Sel dan hati rusak
Sesuai yang dikutip The Sun, Kamis (2/2/2017), uji klinis menunjukkan, dalam keadaan tertentu, parasetamol dapat merusak hati akibat adanya hubungan struktural antara sel yang berdampingan dalam organ hati.
Ketika hubungan antara dinding sel ini terganggu, struktur jaringan hati yang rusak sehingga sel-sel tidak dapat berfungsi dengan baik dan sel bisa mati.
Jenis kerusakan sel dalam jangka panjang pun dapat diketahui terjadi dari kondisi hati termasuk munculnya hepatitis, sirosis, dan kanker tapi tidak dikaitkan toksisitas (tingkat merusaknya zat) parasetamol sampai sekarang.
Advertisement
Dosis sedang dikaji
Dosis sedang dikaji
Para peneliti mengatakan, mereka sekarang akan berupaya mengkaji, bagaimana dosis parasetamol dan rentang waktu tertentu memengaruhi toksisitas pada hati dan mengidentifikasi potensial untuk membuat obat baru.
Dr Leonard Nelson dari universitas Hepatology Laboratory and Institute for Bioengineering, yang ikut memimpin penelitian mengatakan, parasetamol adalah obat nyeri yang disukai di dunia. Dan obat yang murah diperoleh dan dianggap aman serta dosis efektif untuk pengobatan.
"Namun, kerusakan hati akibat obat ini tetap menjadi masalah klinis yang penting dan tantangan untuk mengembangkan obat yang lebih aman. Temuan kami untuk memperkuat, perlunya kewaspadaan dalam penggunaan parasetamol. Dan bisa membantu untuk menemukan kemungkinan bagaimana mencegah bahaya yang disebabkan penggunaan secara berlebihan," jelas Leonard.