Liputan6.com, London- Sekitar 3,2 juta anak-anak di dunia menjadi korban bully (perundungan atau penggencetan) dari teman-teman atau masyarakat di lingkungannya. Jika anak Anda sering menjadi korban bully, perlu melakukan sesuatu untuk membantunya menghadapi hal tersebut.
Ada banyak cara untuk membantu anak korban bully. Namun beberapa hasil ilmiah menunjukkan cara efektif dalam menghadapi hal tersebut.
Baca Juga
Berikut lima langkah yang bisa dilakukan orangtua yang anaknya sering di-bully berdasarkan saran psikolog seperti mengutip Daily Mail, Jumat (3/2/2017).
Advertisement
1. Identifikasi bahwa anak benar menjadi korban bully
Sebagai orangtua tentu Anda paham betul perubahan yang terjadi pada anak. Ada tanda-tanda yang diperlihatkan anak bahwa dirinya korban bully.
"Ada banyak hal tanda, namun perubahan perilaku seperti menarik diri dari hubungan sosial atau tidak ingin sekolah merupakan tanda mungkin dia menjadi korban bully," kata psikolog dari Sheffield Hallam University, Inggris, Mark Heaton.
Tanda-tanda lain seperti insomnia, sering sakit yang tidak diketahui penyebabnya, ada luka di tubuh meski dia tidak menjelaskan asalnya. Bisa juga anak pura-pura bertanya, 'Temanku di-bully, aku harus ngapain, Bu?'.
Psikolog Natasha Devon menerangkan untuk mengetahui benar tidaknya anak menjadi korban bully, orangtua harus memiliki waktu bersama lebih banyak dengan anak.
Â
Memahami bullying
2. Memahami bullying
Orangtua perlu mengetahui apakah anaknya benar-benar menjadi korban bully atau sesuatu yang buruk tidak sengaja dilakukan oleh temannya. Penggencean sendiri adalah suatu keadaan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh orang lain secara berulang dan dengan sengaja.
"Diskusikan dengan anak apa itu bully. Jika mereka diganggu, padahal tidak melakukan kesalahan, seharusnya anak berhak untuk tidak diganggu," kata Profesor Peter Smith dari University of London.
Advertisement
Jangan dilawan kembali
3. Jangan dilawan kembali
Saat orangtua tahu anaknya dipukul atau dibentak atau mengalami hal tidak menyenangkan lain pasti akan merasa sakit hati. Namun bukan berarti orangtua boleh mengajarkan anak melawan temannya yang menggencet dengan hal yang sama. Kekerasan bukanlah jalan keluar.
"Jadilah sosok orangtua yang tegas, tapi tidak membuat situasi makin kacau," kata Profesor Boulton.
Dia juga menyarankan agar orangtua mampu mengajarkan anak-anak agar berbuat tegas bila ada orang yang melakukan perundungan padanya.
Mungkin ada pikiran "Ah, biarin aja diganggu sampai capai". Menurut para psikolog cara ini tidak mempan. "Beragam studi mengatakan respon pasif tidak bermanfaat dalam hal ini," kata Profesor Boulton lagi.
Laporkan
4. Laporkan
Jika anak masih saja menjadi korban bully, bahkan makin parah, ada baiknya bertemu dengan guru kelas seperti disarankan Profesor Smith.
"Jelaskan masalah yang terjadi dan tanya mengenai kebijakan sekolahan mengenai kasus tersebut," katanya.
Bisa saja sekolah langsung bertindak aktif, tapi tidak selalu.
Advertisement
Jangan biarkan bullying merenggut kesempatan anak sekolah
5. Jangan biarkan bullying merenggut kesempatan anak sekolah
Menjaga anak dengan tidak memperbolehkannya ke sekolah bukanlah jawaban tepat untuk mengatasi perundungan. "Kita tidak ingin anak-anak jadi tidak mendapatkan haknya untuk belajar," kata Profesor Boulton.
Pastikan anak-anak aman dari teman yang mem-bully, serta biarkan mereka tahu apa yang harus dilakukan bila mendapat perlakuan tidak menyenangkan lagi. Tidak ada salahnya memisahkan antara anak dengan teman yang sering menggencet.
Â
Â
Â