Liputan6.com, Boston, Amerika Serikat Studi baru menunjukkan, pekerjaan yang melibatkan angkat beban berat secara rutin bisa mengurangi kesuburan wanita, khususnya di kalangan wanita gemuk dan obesitas.
Baca Juga
Advertisement
Penelitian yang diterbitkan Senin, 6 Februari 2017 di jurnal Occupational and Environmental Medicine menemukan, jam kerja pada sore atau malam hari dan kerja shift dapat memengaruhi kesuburan wanita.
Meskipun penyebab tidak diketahui dan penelitian lebih lanjut masih diperlukan, tim peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health, Boston, Amerika Serikat meyakini, wanita pada masa reproduksi mungkin perlu mempertimbangkan hal ini ketika mencoba untuk hamil.
"Studi kami menunjukkan, wanita yang sedang merencanakan kehamilan harus menyadari potensi dampak negatif dari bekerja pada hari bisa (non shift) dan angkat beban berat terhadap kesehatan reproduksi," kata Lidia Minguez-Alarcón, seorang peneliti di Department of Environmental Health, sesuai dikutip CNN, Rabu (8/12/2017).
Studi terbaru menunjukkan hubungan potensial antara pekerjaan fisik yang menuntut atau kerja shift dan mengurangi kesuburan tapi studi baru ini dieksplorasi melalui biomarker untuk kesuburan tubuh, seperti banyaknya telur dan kadar hormon.
Jumlah telur berkurang
Tim peneliti mempelajari lebih dari 470 wanita yang melakukan perawatan kesuburan dan membandingkan tuntutan fisik dan jadwal pekerjaan terhadap empat biomarker (gen atau karakteristik dalam tubuh), yang diketahui terkait dengan kemampuan untuk mereproduksi. Hal ini disebut fekunditas.
Biomarker yang terdiri dari banyaknya jumlah folikel antral menunjukkan, jumlah telur yang belum matang tersisa di dalam tubuh, tingkat stimulasi hormon folikel yang mengatur proses reproduksi, tingkat estrogen, dan jumlah telur yang matang mampu berkembang menjadi embrio yang sehat.
Wanita yang mengangkat atau memindahkan benda dilaporkan, jumlah folikel antral dan telur yang matang makin menurun.
Wanita yang melaporkan angkat beban berat dan memindahkan beban mempunyai 8,8 persen lebih sedikit jumlah telur dan 14,1 persen lebih sedikit telur matang dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah mengangkat atau memindahkan benda berat di tempat kerja.
"Ini pekerjaan yang memengaruhi produksi telur dan kualitas," kata Audrey Gaskins, seorang ahli epidemiologi di Harvard T.H. Chan School.
Penurunan telur matang bahkan lebih besar pada wanita yang mengalami kelebihan berat badan, obesitas atau berada di atas usia 37 tahun.
"Kami berspekulasi itu bisa disebabkan respons sistem stres yang terganggu. Obesitas memengaruhi kemampuan tubuh dalam menangani stres," tambah Audrey.
Orang-orang yang bekerja malam atau shift dapat mengalami penurunan jumlah telur yang matang. Sebenarnya, hal ini tidak ada hubungan tapi terlihat antara aspek-aspek pekerjaan wanita dan stimulasi hormon folikel atau estrogennya.
Advertisement