Liputan6.com, Amerika Serikat Anda mempunyai fobia atau ketakutan terhadap laba-laba? Tak perlu cemas, Anda bisa mengatasi fobia terhadap laba-laba dengan melihat gambar arachnopohobes laba-laba. Gambar laba-laba yang ditunjukkan dapat membantu orang-orang mengatasi ketakutan terhadap laba-laba.
Baca Juga
Advertisement
Cara ini disarankan oleh para peneliti Amerika serikat. Hasil scan menunjukkan, otak bekerja lebih keras mengatur respons emosional dan perilaku ketakutan seseorang ketika seseorang secara tidak sadar melihat gambar laba-laba.
Para wanita yang ikut dalam penelitian kecil memperlihatkan, gambar bunga diselingi dengan gambar laba-laba. Teknik ini bisa digunakan mengobati anak-anak.
Perawatan saat ini seringkali membujuk pasien langsung menghadapi ketakutan, yang dapat menyebabkan penderitaan emosional yang serius.
Respons ke otak
Respons ke otak
Fobia adalah ketakutan irasional dari sebuah objek, tempat, situasi, perasaan atau hewan. Fobia yang melebihi ketakutan dapat menjadi besar dan memengaruhi kehidupan sehari-hari. Fobia sangat umum dialami wanita.
Pada penelitian fobia laba-laba, sebanyak 21 wanita muda ditunjukkan gambar laba-laba sepersekian detik di antara gambar bunga. Kemudian mereka ditunjukkan gambar laba-laba untuk waktu lama sehingga mereka dapat melihatnya secara jelas.
Pada saat yang sama, aktivitas otak mereka dipantau dan membandingkan dengan wanita yang tidak memiliki fobia, sesuai ditulis BBC, Rabu (8/2/2017).
Pada kelompok yang mempunyai fobia, gambar laba-laba yang diperlihatkan dalam waktu sangat singkat mengakibatkan kuatnya aktivitas di area otak yang mengatur respon emosi dan perilaku takut.
Hal ini tak terduga sehingga tingkat ketakutan yang dialami berkurang.
Sebaliknya, ketika wanita yang punya fobia diperlihatkan secara jelas gambar laba-laba dalam waktu yang lama, otak tidak mampu mengontrol respons ketakutan, yang menyebabkan mereka merasakan sumber kekuatan luar biasa dari fobia mereka.
Paul Siegel, profesor psikologi di Purchase College of the State University of New York, mengatakan, otak lebih mampu memproses rangsangan takut saat peserta disajikan gambar tanpa sadar.
Sementara itu, Dr Bradley Peterson, direktur Institute for the Developing Mind at Children Hospital Los Angeles menambahkan, teknik ini bisa digunakan sebagai pendekatan untuk mengobati anak-anak yang menderita kesulitan bila dihadapkan atas apa yang menyebabkan fobia mereka.
Misal, fobia sosial (takut berinteraksi dengan orang lain), agoraphobia (takut ruang publik), emetophobia (takut muntah), erythrophobia (takut memerah), hipokondria (takut penyakit), dan aerophobia (takut terbang).Â
Advertisement