Liputan6.com, Jakarta Permen kunyah (chewing gum) ternyata memiliki efek buruk bagi kesehatan, ungkap sebuah studi baru. Paparan jangka panjang terhadap bahan tambahan pangan (BPT - food additive) yang ada dalam permen karet ternyata membuat tubuh jadi lebih rentan terhadap infeksi, klaim para peneliti.
Melansir Daily Mail, Senin (20/2/2017), titanium dioksida, yang dikenal sebagai E171, merusak struktur sel di dalam usus. Dan tak hanya BTP ini memungkin bakteri berbahaya masuk ke sistem pencernaan, mereka juga mencegah beberapa nutrisi diserap tubuh.
Baca Juga
Namun hanya mereka yang berulangkali mendapatkan BTP ini yang merasakan efek buruknya, menurut studi yang dilakukan di Binghamton University ini. Paparan kronis terhadap BTP ini bisa mempengaruhi kemampuan sel usus disebut microvili. Sel ini didesain untuk membantu menyerap nutrisi
Advertisement
BTP ini membuat usus menjadi lebih lemah, sehingga zinc, zat besi dan asam lemak jadi sulit terserap. Kemampuan untuk mengurai makanan juga terpengaruh secara negatif, ungkap studi yang diterbitkan dalam jurnal NanoImpact ini.
Salah satu penulis studi, Profesor Gretchen Mahler mengatakan," Titanium dioksida adalah BTP yang umum digunakan, dan manusia sudah mengonsumsinya sejak lama."
Menurutnya, para peneliti tertarik pada efeknya yang samar pada kesehatan sehingga mereka memutuskan untuk menelitinya, agar orang-orang tahu efek buruknya.
Walaupun begitu, para ahli kesehatan tetap yakin bahwa titanium dioksida aman dan menyatakan, permasalahan pencernaan adalah sesuatu yang tak terhindarkan.
Senyawa ini umum digunakan sebagai pigmentasi putih di dalam cat, kertas, dan plasik.
Titanium dioksida bisa masuk ke sistem pencernaan melalui pasta gigi, karena BTP ini juga digunakan untuk menciptakan abrasi yang diperlukan untuk membersihkan.
Selain dalam permen karet, titanium dioksida juga digunakan pada beberapa cokelat untuk memberinya tekstur yang lembut, di dalam donat untuk memberi warna, dan dalam susu skim untuk membuat mereka terlihat lebih menggugah selera.
Untuk tetap menjaga kesehatan, Profesor Mahler menambahkan, "Untuk menghindari makanan yang kaya akan nano artikel titanium dioksida, Anda harus menghindari makananb berproses, dan terutama permen. Di sanalah paling banyak terdapat nanopartikel."