Sukses

Retinoblastoma, Salah Satu Kanker Anak yang Bisa Dideteksi

Banyak kanker anak yang tidak dapat dideteksi. Namun, retinoblastoma adalah jenis kanker yang dapat dideteksi sejak anak masih kecil.

Liputan6.com, Jakarta Bukan sesuatu yang mengejutkan bila kita mendengar ada seorang anak yang mengidap kanker. Ya, itu karena kanker tak hanya saja menyerang orang dewasa. Namun, tahukah bahwa kanker pada anak bisa terjadi saat masih berada di kandungan?

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia. Sementara kasus kanker anak yang tercatat di sistem registrasi kanker di Indonesia (Srikandi) dari 2005-2007 memperkirakan, kanker anak usia nol sampai 17 sebesar sembilan per 100.000 anak.

Dengan kata lain, di antara 100.000 orang anak ada sembilan yang mengidap kanker.

Namun, terjadi perbedaan angka pada anak usia nol sampai lima tahun. Kejadian kanker lebih tinggi, yaitu 18 per 100.000 anak.

Ada perbedaan antara kanker anak dan dewasa. Kanker pada anak rupanya lebih sulit diketahui karena anak-anak belum mampu mengemukakan apa yang mereka rasakan.

Hal ini pun diakui Edi Tehuteru, dokter onkologi anak dari RS Dharmais. Ia, mengatakan, penyebab kanker pada anak tidak selalu diketahui secara pasti.

"Bukan hanya tidak dapat diketahui. Kanker pada anak juga tidak dapat dicegah. Tapi ada satu jenis kanker dari semua kanker yang bisa dideteksi, yaitu retinoblastoma atau kanker bola mata," kata Edi dalam acara media workshop "Akses Pelayanan yang Lebih Baik untuk Anak dan Remaja dengan Kanker di Mana Saja", di Gedung Direktorat P2PTM, Kemenkes RI, Senin (20/2/2017).

Penyebab kanker bola mata ini, ucap Edi, akibat genetik, radiasi, virus, dan paparan kimia. Ditambah, kanker retinoblastoma ini adalah salah satu jenis kanker yang hanya terjadi pada anak dan tidak terjadi pada dewasa.

Menurut Edi, kasus kanker bola mata paling sering melanda anak karena faktor genetik. Namun, kanker ini bisa dideteksi dini dengan penggunaan alat optalmoskop.

Edi juga menyampaikan, riwayat keluarga dengan jenis kanker ini tentu mendapatkan perawatan dan pemantauan khusus. Dengan ini, anak yang akan lahir dari keluarga dengan genetik kanker bola mata bisa terdeteksi.

"Biasanya kita akan pantau dari nol sampai lima tahun untuk mengetahui apakah si anak ini positif kanker atau tidak," ujarnya.

Dalam memperingati hari Kanker Anak, Lily S Sulistyowati, MM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, tengah memenuhi alat optalmoskop di seluruh puskesmas di Indonesia, terutama di kota-kota besar.

"Alat ini menjadi sangat vital bagi kita ke depannya. Kami juga akan memenuhi di seluruh puskesmas, tidak hanya alat untuk retinoblastoma saja, tapi untuk gangguan mata yang lainnya. Tak hanya memperhatikan fasilitasnya saja tapi ya orangnya, tenaga medisnya dalam pelayanan, setidaknya di kota-kota besar tidak ada lagi pasien yang tidak tertangani," ujar Lily.