Sukses

Pejuang Ebola dari Liberia Meninggal Dunia Setelah Melahirkan

Wanita asal Liberia yang selamat dari ebola meninggal bulan lalu.

Liputan6.com, Liberia Pada November 2014, Salome Karwah menghiasi sampul majalah Time sebagai simbol kekuatan dan kemanusiaan setelah dirinya selamat dari ebola. Perjuangan Karwah bertahan hidup dari ebola mengarahkannya untuk membantu orang lain dalam menghadapi virus mematikan tersebut.

Namun, kabar menyedihkan datang pada Februari 2017. Karwah meninggal dunia setelah melahirkan anaknya yang ke-empat. Sang suami, James Harris percaya, meninggalnya Karwah karena tidak mendapatkan pertolongan dari paramedis.

"Istri saya meninggal karena dia tidak dilayani perawat dan dokter. Alasannya, saya percaya, karena dia adalah orang yang selamat (survivor) dari ebola. Saya mengatakan ini karena saya mendengar beberapa perawat memberitahu teman-temannya untuk tidak dekat-dekat dengan istri saya karena dia adalah seorang survivor," kata Harris  dikutip dari SBS, Senin (6/3/2017).

Wabah ebola di Afrika Barat mulai terjadi pada 2013. Serangan ebola di Liberia adalah yang paling kejam. Hampir 29 ribu orang terinfeksi, yang menewaskan sekitar lebih dari sepertiga penduduknya.

Karwah bekerja sebagai konselor Medecins Sans Frontieres (MSF) setelah pulih dari Ebola pada musim panas 2014. Ia membantu orang lain mengatasi korban psikologis demam berdarah.

Suatu malam di bulan Februari 2017, Harris mengatakan, istrinya dirawat di rumah sakit di ibukota, Monrovia, tempat Karwah melahirkan anak keempatnya dengan operasi caesar.

Namun, apa yang terjadi sungguh tak terbayangkan. Karwah kembali ke rumah hanya selang dua hari kemudian. Ia mengatakan kepada suaminya, beberapa perawat menolak untuk menyentuhnya.

2 dari 3 halaman

Tidak mendapatkan pelayanan yang layak

Tidak mendapatkan pelayanan yang layak

Setelah pulang ke rumah, komplikasi segera terjadi. Harris tergea-gesa menuju ke rumah sakit untuk mencari bantuan. Setibanya di rumah sakit, ia diberitahu dokter pergi ke apotek untuk membeli suntikan kepada istrinya.

Namun, obat itu tak bisa ditemukan. Tak lama kemudian, Karwah ditemukan sudah tak bernyawa.

James Harris, suami Karwah menyayangkan istrinya tidak mendapatkan pelayanan baik karena sang istri survivor ebola. (Foto: SBS)

"Istri saya adalah korban ebola. Dia tertular virus selama wabah dan dia sembuh. Tapi dia menyelamatkan nyawa, bahkan ia memegang bayi yang menderita ebola. Dia juga membantu mereka untuk mendapatkan yang lebih baik. Dia tidak layak mendapatkan perlakuan semacam ini," jelas Harris.

Karwah kehilangan orangtuanya, kakak, bibi, paman, sepupu dan keponakan akibat wabah ebola, menurut Time.

3 dari 3 halaman

Rasa malu dan diskriminasi

Rasa malu dan diskriminasi

Dalam sebuah artikel pada laman The Guardian yang terbit pada bulan Oktober 2014. Karwah menulis, "Saya membantu mereka (orang yang terkena ebola) dengan sekuat tenaga karena saya paham pengalaman menderita virus itu. Saya sudah melalui hal yang sama."

Fotonya dipilih untuk sampul majalah Time ketika orang berjuang memerangi wabah Ebola. Rumah sakit, tempat ia melahirkan anak keempatnya menolak memberikan respons atas kematiannya. Kepala medis Francis Kateh mengatakan, pihak berwenang sedang menyelidiki kasus ini.

Banyak orang yang selamat dari ebola terus menderita rasa malu dan diskriminasi yang tinggi, yang telah diperburuk temuan, virus dapat tinggal di bagian-bagian tertentu dari tubuh untuk setidaknya sembilan bulan setelah pasien telah pulih.

Liberia juga memiliki beberapa angka kematian ibu tertinggi di dunia, menurut data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

UN Population Fund menyatakan, akses terhadap layanan perawatan dan keselamatan telah memburuk sejak pecahnya ebola karena tekanan yang dibebankan pada sistem kesehatan yang rapuh di negara tersebut.

  • Ebola merupakan penyakit yang menyerang manusia, monyet, simpanse, gorila, dan primata lain yang disebabkan oleh virus Ebola.

    Ebola