Liputan6.com, Jakarta Sebuah permainan berupa tantangan (challenge) di kalangan siswa sekolah menengah kini tengah viral di media sosial tanah air, utamanya Instagram dan Facebook. Banyak pihak--terutama orangtua--yang mengkhawatirkan dampak berbahaya tantangan yang disebut #skipchallenge atau #passoutchallenge itu.
Sebetulnya tantangan ini telah meruak di negara Barat seperti Amerika Serikat dan sekitarnya sejak lama. Sebelum merenggut nyawa bocah 11 tahun, Da'Various Gray asal Carolina Selatan, permainan #skipchallenge yang lebih populer di AS dengan sebutan #passoutchallenge telah menyebabkan remaja perempuan dan laki-laki usia 15 di AS meninggal pada 2005 dan 2012.
Seperti yang ditulis Foxnews, Kimberly Wilson (15) ditemukan tewas ketika bermain pass-out-game, Agustus 2005 lalu. Menurut orangtua Kimberly, putrinya sudah mulai melakukan permainan tersebut sekitar satu atau dua tahun dan kematiannya tidak disengaja.
Advertisement
Sementara di penghujung September 2012, David Nuno (15), meninggal setelah terjatuh menghantam gelas kaca gara-gara memainkan permainan serupa. Potongan gelas kaca melukai lehernya. Nuno dan teman-temannya mempraktikkan permainan yang mereka lihat di Youtube. Sayangnya paramedis gagal menyelamatkan nyawa Nuno, meskipun remaja itu telah dilarikan ke Rady Children's Hospital, dikutip dari Dailymail.
Tantangan #skipchallenge dilakukan dengan cara menekan dada selama beberapa detik hingga invidu tersebut merasa kekurangan oksigen. Setelah itu ia bisa kehilangan kesadaran atau pingsan. Selain menekan dada, permainan ini biasa dilakukan dengan menjerat leher, atau melakukan gerakan squat kemudian menahan napas. Namun intinya adalah berusaha mencapai kondisi hilang kesadaran.
Dr Nick Flynn dari Union Quay, Medical Centre, Cork, mengingatkan bahaya dan risiko dari tantangan ini berupa hilangnya kesadaran, hipoksia (kondisi otak kurang pasokan oksigen), kejang, kerusakan otak, hingga kematian.
"Anak-anak tersebut melibatkan diri dalam situasi yang tak terkontrol. Ini sangat berisiko," ucap Dr Flynn, dikutip dari Irishexaminer.
"Ketika melakukan tantangan itu mereka meniru kondisi kekurangan napas. Mereka menghentikan gerakan otot dada dan fungsi dada sehingga tak cukup pasokan oksigen ke otak. Otak yang kekurangan oksigen menyebabkan orang tersebut hilang kesadaran," jelasnya.
Menurut Dr Flynn, kondisi kurangnya oksigen di otak ketika melakukan Skip Challenge serupa dengan kondisi seseorang yang tengah tenggelam, tercekik, atau mengalami jantung terhenti tiba-tiba. Ini juga menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berujung pada kejang dan kematian. Jika otak kekurangan oksigen lebih dari tiga menit, Anda bisa mengalami kerusakan otak. Sementara bila otak kurang pasokan oksigen hingga lima menit maka hal itu bisa menyebabkan kematian.