Liputan6.com, Jakarta Louise Adams mengalami ketuban pecah ketika kehamilannya berusia 22 minggu. Saat itu dokter memberitahu wanita dari Stoke-on-Tent, Inggris, bahwa janin dalam kandungannya hanya memiliki kemungkinan hidup 5 persen.
Adams dan suaminya, Jack, begitu kaget karena dokter juga mengatakan tak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan bayi mereka karena usia kandungan belum mencapai 24 minggu. Louise pun harus dirawat di rumah sakit.
Baca Juga
"Yang bisa mereka lakukan adalah mengawasi saya di rumah sakit, menunggu keguguran yang tak terelakkan, yang kata mereka akan terjadi hari ini," jelasnya. "Tapi saya bisa merasakan Joseph menendang. Saya tidak bisa hanya duduk-duduk tanpa melakukan apa-apa untuk menyelamatkannya," lanjutnya.
Advertisement
Wanita berusia 28 tahun itu bersama suaminya, Jack, bertekad mempertahankan bayinya untuk hidup, dan mulai meneliti pilihan lain. Adams mendapat banyak saran dari wanita di beberapa negara secara online tentang ketuban yang pecah sebelum waktunya.
Pasangan suami istri ini juga menemukan banyak dokter menyarankan wanita yang pecah ketuban lebih awal untuk minum tujuh gelas air sehari guna mengisi cairan yang hilang dan membantu menjaga kesehatan bayi dalam kandungan.
Namun, tim medis sendiri tidak memberikan banyak harapan.
"Walaupun dokter di Inggris skeptis, saya menemukan di negara-negara lain di seluruh dunia, ibu yang air ketubannya pecah dini diinfus" kata Adams mengungkapkan seperti dilansir Herfamily, Jumat (17/3/2017).
"Saya yakin dia berpeluang untuk selamat karena ketika air ketuban saya pecah, saya menggantinya dengan memastikan saya terhidrasi dengan baik."
Adams terus meneliti dan menggali informasi dan saran secara online, dan menemukan bahwa banyak minum mengisi cairan ketuban yang hilang-cairan yang diperlukan bayi untuk tumbuh di dalam rahim.
"Semakin banyak ibu minum semakin banyak bayi minum dan kencing, dan karena ekskresi urine bayi yang belum lahir adalah sumber utama produksi cairan ketuban pada paruh kedua kehamilan, masuk akal peningkatan asupan cairan pada saya bisa membuat perbedaan," katanya.
Adams setelah menghabiskan waktu enam hari di rumah sakit, ia pulang bertekad untuk mempertahankan bayinya. Selama 13 minggu ke depan, dia terus-menerus minum banyak air dan jus cranberr. Selain itu Adams juha mengonsumsi cengkeh, bawang putih mentah setelah membaca bisa menangkal infeksi, skenario yang umum terjadi ketika air ketuban pecah dini.
"Itu tidak mudah tapi saya minum sekitar tujuh gelas sehari. Dokter dan bidan yang skeptis dan tanpa memberi saya harapan. Mereka mengatakan kepada saya ada sedikit penelitian dan itu tidak mungkin memberi perbedaan. Tapi saya tak menyerah."
Usaha Adams menunjukkan hasil, Joseph terus tumbuh dalam perut ibunya itu.
"Mencapai usia 24 minggu adalah tantangan pertama karena saya tahu pada saat itu dia setidaknya memiliki beberapa kesempatan untuk bertahan hidup jika lahir kemudian," kata Adams. "Setelah melewati 24 minggu, dokter akhirnya memberiku steroid untuk mematangkan paru-paru dan antibiotik untuk mencegah infeksi."
Tiga bulan kemudian, ketika Adams yang hamil delapan bulan, pasangan suami istri itu menyambut kelahiran bayi laki-laki sehat dengan berat 5lb 10oz (2,5 kg) melalui operasi caesar di Royal Stoke University Hospital.
"Ketika kami mendengar dia menangis, kami sangat gembira," kata Adams mengungkapkan. "Dia benar-benar sempurna dan sehat, dia pulang setelah seminggu."
Seorang juru bicara untuk Little Heartbeats, sebuah badan amal yang mendukung wanita yang menderita PPROM menjelaskan. "Banyak yang percaya minum air menambah cairan ketuban mereka telah membantu. Banyak negara lain seperti AS merekomendasikan ibu meningkatkan konsumsi air."