Sukses

3 Trik Efektif Mengontrol Diri Ketika Emosi

Ketika emosi memuncak, alangkah baiknya jika kita mencoba lakukan tiga trik ini agar emosi terkelola dengan baik.

Liputan6.com, Jakarta Sebagai manusia, tentunya kita tidak bisa lari dari yang namanya emosi. Luapan emosi tentunya membawa dampak yang kerap kali cukup parah dan menganggu aktivitas serta hubungan dengan orang lain ke depannya.

Di kala emosi meluap, kita perlu mengendalikannya agar tidak berdampak fatal dan merugikan diri sekaligus orang-orang di sekitar kita. Berikut tiga cara efektif mengontrol diri ketika emosi, seperti dilansir laman Huffington Post, Kamis (23/3/2017):

2 dari 4 halaman

Lawan dengan pikiran dan perasaan positif

Ketika emosi sedang meluap, contohnya saat merasa sedih, coba pikirkan hal yang menyenangkan atau membuat diri senantiasa bahagia. Pikirkan saat pertama kali jatuh cinta, mendapatkan sertifikat kelulusan sekolah atau kuliah, pertama kali mendapatkan pekerjaan, diberikan hadiah saat ulang tahun, diberikan pujian soal penampilan atau pencapaian hidup dan hal-hal konyol yang dilakukan teman yang bisa membuat kita tertawa terbahak-bahak.

Tidak hanya memikirkannya, kita juga harus berusaha merasakannya seolah kita sedang berada dalam situasi tersebut. Ini akan membuat pikiran sekaligus perasaan kita teralihkan secara otomatis.

3 dari 4 halaman

Lakukan aktivitas penggerak fisik

Kita tidak harus tiba-tiba berolahraga di kala emosi meluap. Ketika sedang panik, cemas atau marah, kita bisa mencoba menyibukkan diri dengan melakukan hal-hal kecil seperti pergi ke kamar mandi, mengambil rimut televisi, mengikat tali sepatu, mengunci pintu dan lainnya.

Hal-hal kecil ini memang terkesan kurang penting namun dapat membuat pikiran kita teralihkan dan emosi menjadi stabil lantaran pikiran tidak berpusat pada emosi dan tidak mendukung luapan emosi tersebut.

4 dari 4 halaman

Pikirkan dampak berkepanjangan dari luapan emosi tersebut

Ketika kita merasa marah atau kecewa, pikirkan dahulu dampaknya jika perasaan tersebut ditanggapi. Contohnya, ketika kita sedang marah atau kesal dan merasa terdorong untuk berkelahi, pikirkan baik-baik kemungkinannya jika betul-betul berkelahi. Apakah akan menang atau kalah? Kalau menang, sefatal apakah luka yang dimiliki lawan? Kalau kalah, seburuk apa kondisi tubuh kita? Apa yang akan dipikirkan orangtua dan seluruh keluarga? Bagaimana kalau masalah berlanjut ke hukum? Apakah kita siap menerima kekecewaan orangtua yang harus mengeluarkan biaya rumah sakit atau lainnya demi mengeluarkan kita dari masalah? pikirkan efeknya di masa depan terlebih dahulu sebelum bertindak.