Liputan6.com, Jakarta Kampanye dan larangan adu banteng gencar dilakukan di Kolombia, Peru, dan Meksiko pada medio 2016.
Pemerintah setempat mengeluarkan larangan adu banteng setelah melihat kenyataan di lapangan. Juga protes dari sejumlah pihak yang melihat adu banteng bukan lagi sebuah tradisi, melainkan satu kegiatan yang dianggap "menyiksa" banteng.
Baca Juga
Beragam respons, baik pro maupun kontra, membanjiri media sosial sejak kampanye boikot adu banteng didengungkan kepada masyarakat.
Advertisement
Yang menarik perhatian adalah bentuk dukungan dari seorang guru terhadap kampanye boikot adu banteng ini.
Guru itu bernama Ricardo Torres Martinez. Sehari-hari ia mengajar di Monterrey Institute of Technology and Higher Education (ITESM), negara bagian Nuevo Leon.
Suatu hari di bulan Mei 2016, Torres mengajak beberapa orang muridnya bertamasya di sebuah ladang peternakan di Apodaca, Meksiko.
Dikutip dari situs Daily Mail, Kamis (30/3/2017), siapa nyana kalau Ricardo telah menyiapkan sesuatu yang membuat mereka tak dapat bergeming.
Murid-murid diperintahkan ke tengah ladang. Kemudian diminta untuk berbaris dan memberi jarak dengan temannya yang berada di sebelah kiri dan kanan.
Setelah rapi, Torres meminta kepada seorang pawang untuk melepas satu banteng. Dan, membiarkan banteng itu berlari mengelilingi murid-murid tersebut.
Dalam sebuah video berdurasi hanya 35 detik, tampak seekor banteng hitam berlari di antara murid untuk mencari jalan keluar dari ring.
Selama banteng itu berlari, Torres tak henti-hentinya berteriak,"Tetap tenang... Tidak ada yang bergerak." Ini dilakukan untuk memastikan bahwa banteng itu tidak akan menyentuh tubuh satu murid pun.
Dikutip Health Liputan6.com pada Kamis (30/3/2017), inti dari video yang telah ditonton lebih dari tujuh juta kali ini adalah bagaimana seorang guru ingin menunjukkan bahwa jika Anda tidak menyakiti banteng, banteng pun tidak akan menyerang kita.
Tidak lupa ia menyisipkan pesan, "Setop adu banteng".