Sukses

Tak Ada Pasien Kanker Serviks Bertahan Hidup Sampai Tahun ke-5

Semua ini diakibatkan rendah sekali kesadaran orang menjalani vaksinasi HPV guna mencegah kanker serviks

Liputan6.com, Jakarta Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) terus melakukan sosialisasi dalam rangka melenyapkan kanker serviks (kanker leher rahim) melalui program vaksinasi HPV nasional.

Saat ini kanker serviks berada di posisi dua penyebab kematian perempuan di dunia setelah jantung koroner. Namun, kanker leher rahim diprediksi akan menduduki posisi puncak apabila kaum hawa tidak melakukan upaya deteksi dini.

Ketua Umum HOGI, Prof Andrijono SpOG(K) mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, menunjukkan, ditemukan satu penderita dari setiap 1.000 orang yang menjalani skrining kanker serviks.

Menurut Adrijono, angka ini tak beda jauh dari data yang dikeluarkan Subdit Kanker Direktorat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan; insiden suspek kanker leher rahim adalah 1,3 per 1.000 penduduk.

Padahal, sudah hampir sembilan tahun program deteksi dini melalui Papsmear maupun inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dilaksanakan. Namun, kesadaran perempuan untuk melakukan upaya pencegahan kanker serviks masih sangat rendah.

Ditarget 37 juta perempuan usia 30 sampai 50 menjalani skrining kanker serviks (bersama kanker payudara). Yang terjadi justru jauh dari yang diharapkan, hanya 1,5 juta orang perempuan yang sudah melakukannya.

Berdasarkan data terbaru yang dikeluarkan RSCM pada 2016, seperti yang diutarakan Prof Andrijono, 82,3 persen pasien kanker serviks yang berobat ke rumah sakit rujukan nasional datang sudah stadium lanjut.

Menurut Prof Andrijono yang juga menjadi staf di Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM, kanker serviks stadium lanjut memiliki prognosis sangat buruk karena mudah menyebar ke hampir semua organ yang ada di panggul dan sangat jelek merespons pengobatannya.

"Akibatnya, angka kesintasan sangat rendah, hanya 14 persen yang bertahan hidup selama satu tahun, enam persen bertahan hidup sampai tahun ke-2 sejak terdiangosis, dan tidak ada (nol persen) yang mampu bertahan hidup sampai tahun ke-5," kata Prof Andrijono dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa (4/4/2017)

Mengingat sebagian besar kasus kanker serviks disebabkan infesi Human Papilloma Virus (HPV), vaksinasi adalah langkah konkret, efektif, dan aman guna mencegah terjadinya kanker serviks.

"Berkaca dari pengalaman di AS dan Australia yang sudah menjalankan program vaksinasi HPV nasional sejak 10 tahun lalu, insiden kanker serviks di dua negara tersebut pun menurun signifikan, sampai 75 persen," ujarnya.

Oleh karena itu, HOGI Mendorong vaksinasi HPV nasional segera menjadi program nasional untuk menyelamatkan jutaan nyawa perempuan Indonesia. Bagi HOGI, seorang perempuan punya posisi penting di keluarga. Sehingga, bisa dibayangkan apabila seorang perempuan usia produktif meninggal dunia akibat kanker serviks, dampak kehilangan akan dirasakan betul oleh keluarga, terutama buah hati tercinta.

Beruntung sekali perempuan yang hidup dan tinggal di Jakarta. Sudah satu tahun ini, Pemprov DKI Jakarta menjalani program vaksinasi HPV dengan cakupan yang sudah mencapai 93 persen.

Setidaknya, 70ribu siswi Sekolah Dasar di DKI Jakarta sudah di-vaksin HPV.

"Angka tadi menunjukkan bahwa respons dari masyarakat Jakarta sangat bagus," kata Andrijono.

Bahkan, ada sejumlah sekolah yang tadinya menolak, tahu-tahu meminta agar program vaksin HPV segera dilakukan. "Tahun ini menyusul Surabaya dan Yogyakarta, tahun depan di Makasar dan Manado," kata Andrijono menekankan.

Jadi, program ini sendiri mengandalkan betul kemauan dinas kesehatan pemerintah daerah setempat. HOGI, kata Andrijono, berupaya supaya program vaksinasi nasional kanker serviks segera dipercepat.