Liputan6.com, Amerika Serikat Konsumsi garam diketahui menstimulasi produksi urine. Fakta yang membuat banyak kalangan peneliti yakin, garam dapat membuat seseorang merasa haus. Namun, hal tersebut tidak terjadi dalam studi simulasi ruang angkasa ke Mars, yang dipimpin para periset di Vanderbilt University Medical Center di Amerika Serikat dan Pusat Penelitian Molekuler Max-Delbrueck di Jerman.
Baca Juga
Advertisement
Pada studi simulasi ruang angkasa para peneliti menempatkan 10 pria sehat di dalam tempat tinggal yang tertutup dan memberi mereka makanan tinggi garam, yang terkontrol untuk kapasitas 205 orang.
Hasil yang diamati, mereka minum lebih sedikit dan mempertahankan lebih banyak cairan dalam tubuh mereka. Meskipun mereka memproduksi lebih banyak air kencing dalam jangka panjang.
Namun, saat pria diberi makanan dengan kadar garam lebih tinggi, mereka justru merasa lapar dan ingin makan lebih banyak.
Penelitian ini kemudian dilakukan lagi pada tikus dan menempatkan hasil yang sama. Ginjal bertindak seperti "penghalang biologis yang dirancang untuk penyimpanan air mampu memisahkan osmolytes dari air untuk mencegah dehidrasi saat melakukan keseimbangan osmolyte."
Menurut Asosiasi Helmholtz, osmolyt adalah senyawa yang mengikat air dan membantu mengangkutnya. Secara sederhana, garam memicu mekanisme untuk penghematan air di ginjal, sesuai ditulis Global News, Kamis (20/4/2017).
Garam dan penjelajahan luar angkasa
Hubungan garam dengan penjelajahan luar angkasa
Dalam penjelajahan luar angkasa, menghemat tiap tetes air kemungkinan sangat penting. Hubungan antara asupan garam dan minum, yaitu Anda tidak ingin seorang penjelajah antarplanet meninggal karena ia terkadang makan sedikit garam pada makanannya.
Namun, simulasi ini menunjukkan, lingkungan bisa memengaruhi tiap aspek nutrisi seseorang. Konsumsi air dan asupan garam dapat dikendalikan dan diukur, tulis tim peneliti.
Penelitian ini dipublikasikan di Journal of Clinical Investigation pada 17 April 2017. Namun, beberapa penelitian sepanjang tahun telah memperingatkan agar tidak mengonsumsi garam dalam jumlah banyak.
Sebuah studi tahun 2009 yang diterbitkan di BMJ menyimpulkan, asupan garam yang tinggi berhubungan langsung dengan penyakit stroke dan kardiovaskular.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan, tingkat konsumsi garam sebanyak lima gram (satu sendok teh) sehari. Tapi kebanyakan orang di negara-negara Barat mengkonsumsi hampir 10 gram per hari.
Lebih dari 13 penelitian yang dipublikasikan melibatkan lebih dari 170 ribu orang, peneliti menemukan, perbedaan takaran lima gram sehari dalam asupan asupan dikaitkan dengan meningkatnya stroke sebesar 23 persen serta peningkatan kardiovaskular sebanyak 17 persen.
Advertisement