Liputan6.com, Jakarta Beberapa orang percaya, mengonsumsi daging penyu bisa menambah vitalitas. Namun itu hanyalah mitos semata. Sebaliknya, konsumsi daging penyu berpotensi membawa berbagai penyakit kronis bila rutin dilakukan, demikian ungkap Dosen Biologi Kelautan dan Konservasi Universitas Papua Ricardo Tapilatu.
"Memang penyu bisa kawin sampai enam jam, tetapi itu bukan berarti bahwa memakan mereka juga membuat kita menjadi kuat," ujar dia dalam keterangan tertulis.
Mitos daging penyu dapat meningkatkan vitalitas perlu diluruskan agar masyarakat berhenti mengkonsumsi penyu dan menjaga spesies penyu.
Advertisement
Penyu yang berumur panjang melakukan kontak dengan laut tercemar untuk jangka waktu yang lama sehingga binatang itu pun terkontaminasi unsur-unsur logam berat dan terakumulasi dalam tubuhnya.
Hasil penelitian menemukan, kandungan logam berat pada telur penyu hijau dan penyu sisik di kawasan Papua Barat melebihi batas aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Semakin banyak daging penyu yang dikonsumsi, semakin tinggi juga kandungan logam berat yang masuk ke dalam tubuh.
Ricardo mengatakan ancaman terbesar penyu adalah manusia, seperti nelayan yang menggunakan kail pancing yang tertelan penyu atau jaring nelayan, melansir Antara, Minggu (30/4/2017).
"Terjadi penurunan jumlah penyu secara drastis, contohnya adalah penyu belimbing yang pada 2008 ada sekitar 15.000 sarang per tahun, menurun jadi 2.000 sarang per tahun di tahun 2011. Tahun lalu tercatat hanya ada 1.500 sarang per tahun," tuturnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sumberdaya Perairan Pasifik (P2SP2) Universitas Papua, pada Maret-Oktober 2016 menyatakan terdapat tujuh jenis penyu di dunia, enam di antaranya berada di Indonesia dan empat jenis penyu dapat ditemukan di Papua Barat, antara lain penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang, dan penyu belimbing yang pergerakannya menyebar ke Aru, Kei, Kaimana, dan Fakfak. (Dyah Dwi A/Ant)Â Â Â