Liputan6.com, Jakarta Kami menikah pada 1 Juli 2012. Dua bulan setelah menikah, aku dinyatakan hamil. Sebagai pasangan baru, kami pastinya bahagia. Artinya kami dipercaya oleh Yang Maha Kuasa.
Saking senangnya, suamiku sudah memanggil calon anak kami dengan sebutan "Boy" sejak awal kehamilanku. Memasuki usia kehamilan 11 minggu, aku memeriksakan diri ke klinik, kebetulan temanku bekerja sebagai bidan di sana.
Melihat ada alat USG di klinik, aku tergerak untuk memeriksakan kehamilan dengan alat itu. Ketika dokter memeriksa, dia mengatakan tak melihat janinku. Hal ini tentu saja mengejutkan.
Advertisement
Ingin lebih memastikan hasil USG, kami pun memeriksakan diri ke rumah sakit di bilangan Bekasi. Saat di-USG lagi, dokter mengatakan janinku tidak berkembang dan aku diberi obat.
Suamiku dan aku masih penasaran dengan hasil diagnosis kedua itu. Maka kami pun kembali periksa di rumah sakit berbeda. Kali ini kami ke Rumah Sakit Hermina di Galaxy, Bekasi. Di sana, aku menjalani tes vaginal dan baru ketahuan kalau janin kami sudah meninggal di usia delapan minggu. Mau tak mau janin dalam perutku harus dikuret.
Sedih rasanya kehilangan calon anak kami. Tapi suami dan aku berusaha ikhlas karena Tuhan sudah berkehendak begitu.
Keinginan dan usaha untuk memiliki keturunan tetap besar. Alhamdulillah empat bulan setelah calon bayi kami dinyatakan meninggal, Tuhan kembali menitipkan janin di rahimku.
Kami berdua sangat bersyukur atas kesempatan kedua ini. Tak terasa ada gangguan apa pun atas kehamilanku kali ini. Semua berjalan lancar. Namun, memasuki usia kehamilan 6 bulan, tensi darahku menjadi tinggi. Hal itu berlangsung hingga memasuki bulan ke-9. Akhirnya aku harus menjalani persalinan caesar.
Jumat, 25 Oktober 2013 pagi, aku masuk ruang operasi. Suami menemaniku dari luar. Ketika mendengar tangis bayi kami pecah, kami sama-sama mengucap syukur. Alhamdulillah suamiku sendiri yang kemudian mengadzani bayi mungil kami.
Alih-alih bayi lak-laki, Tuhan mengaruniai kami seorang putri cantik. Kami beri dia nama Nameera Puti A. Winiardy. Ya, putri pertama dari D. Winiardy dan Lia H.
Sejak lahir, Nameera sudah sangat dekat dengan ayahnya. Karena aku masih kaku memandikan bayi, maka suamiku yang mengambil alih tugas itu hingga Nameera berusia 3 bulan. Kini putri kecil kami sudah besar. Dia tumbuh jadi balita cerdas yang lengket dengan ayahnya.
Sahabat Liputan6.com ingin berbagi kisah Anda dan buah hati tercinta? Segera kirimkan kisah beserta enam (6) foto putra/putri dan Anda dalam format JPEG hires, serta mencantumkan data diri ke email: health.liputan6@gmail.com.