Liputan6.com, Jakarta Berjalannya program Expanding Maternal and Neonatal Survival (Program EMAS) yang dicanangkan Kementerian Kesehatan RI sejak 2011 membuat RSUD Kardinah, Tegal, dipercaya sebagai rumah sakit rujukan untuk ibu hamil dan melahirkan yang hidup dengan HIV/AIDS.Â
Dokter Indrawan Ekomurtomo, Sp.OG dari RSUD Kardinah, mengaku masih ada kesulitan dan keterbatasan tenaga juga fasilitas di daerah tertentu dalam perawatan ibu hamil dan melahirkan yang hidup dengan HIV/AIDS. Padahal, ibu hamil dengan status kesehatan apa pun seharusnya tidak boleh meninggal dunia.
Baca Juga
"Memang sekarang di beberapa daerah ada kesulitan, seperti kurangnya tenaga kesehatan. Tapi Alhamdullilah sampai saat ini kita (RSUD Kardinah) menjadi pusat rujukan HIV/AIDS, terutama untuk wilayah Pantura bagian Barat," kata Indrawan kepada Health-Liputan6.com, di RSIA Budi Kemuliaan, Minggu (7/5/2017).
Advertisement
Terkadang, Indrawan melanjutkan, beberapa rumah sakit masih tidak bersedia menangani pasien ibu hamil dengan HIV/AIDS.Â
"Kami menerima pasien dari rumah sakit lain yang tidak tidak siap mengerjakannya, baik personal maupun alat. Ada pasien dari Pemalang, Brebes, Slawi, dan Pekalongan. Bahkan kemarin ada pasien dari Pekalongan kami tangani," ujar pria berkacamata itu.
Indrawan mengaku, tidak jarang pasien ibu hamil dengan HIV/AIDS masih menerima perlakuan diskriminatif. Umumnya masyarakat berasumsi pasien tersebut adalah wanita nakal/tuna susila. Padahal, banyak ibu hamil yang positif HIV/AIDS karena tertular dari suaminya.
"Saya enggak mau tahu penularannya dari mana. Tapi begitu kita tahu dia (ibu hamil) positif HIV/AIDS, kita langsung memberi pemahaman secara pribadi kepada pasien," ujarnya.