Liputan6.com, Jakarta Di suatu siang, saya duduk di teras rumah kakak ipar di daerah Kalibawang, Kulon Progo, Yogyakarta. Tiba-tiba saya didatangi oleh arwah seorang nenek.
Nenek itu ibu mertua kakak ipar saya, biasa dipanggil Mbah Karto. Beliau sudah meninggal dunia kira-kira lima tahun yang lalu. Ini arwah kedua yang mendatangi saya. Saya lalu membuka komunikasi batin.
Baca Juga
“Sugeng siang Mbah, kulo nuwun...” (Selamat siang Mbah/Nek, permisi)
Advertisement
Mendengar sapaan saya, raut wajah Mbah Karto terlihat gembira. Beliau lalu duduk di samping saya kemudian bercerita tentang anak cucunya. Seperti kereta api lewat ceritanya, cepat sekali.
Saya hanya bisa menangkap isi pembicaraan setengah-setengah saja. Selebihnya saya dengar saja. Lama kelamaan, dari pembicaraan Mbah Karto tersebut, ternyata saya dianggap sebagai tamu yang mengunjunginya.
Selama ini dia merasa kesepian karena anak cucunya saat diajak mengobrol tidak ada yang mendengarkan, langsung pergi. "Iyalah Mbah, mereka pergi karena tidak tahu kalau Simbah mengajak komunikasi," kata saya dalam hati. Mbah Karto tidak menyadari kalau dirinya sudah berbeda alam dengan anak dan cucunya.
Saya memberanikan diri untuk memotong pembicaraan.
”Nyuwun ngapunten Mbah, Simbah menika sampun seda lima tahun kepengker. Menapa kersa ndonga sareng kula supados lancar dumugi suwarga?”
(Maaf Mbah, Simbah sudah meninggal dunia lima tahun yang lalu. Apakah berkenan kita berdoa bersama supaya Simbah dapat sampai ke surga dengan lancar?)
Mbah Karto terdiam. Beliau pergi dengan wajah bingung. Mungkin beliau terkejut mendengar kata-kata saya.
Sore harinya, saya bercerita tentang pengalaman saya berkomunikasi dengan Mbah Karto kepada suami. Sekaligus mencari penyebab mengapa Mbah Karto tidak menyadari kalau dirinya sudah meninggal.
Berdasar penuturan suami saya, semasa hidupnya Mbah Karto ini jarang sekali berdoa. Beliau muslim namun jarang salat, jadi ya istilahnya Islam KTP. Mungkin hal inilah yang menyebabkan saat beliau meninggal tidak ada malaikat yang menjemput. Jadi jiwanya masih berada di dunia dan tidak sadar kalau sudah meninggal.
Saya lalu berpikir dan bertanya, bagaimana caranya supaya jiwa Mbah Karto ini dapat melanjutkan perjalanannya?
Oleh seorang teman, saya disarankan untuk meminta pertolongan Malaikat Gabriel untuk memberitahu Mbah Karto dan Malaikat Mikael supaya menjemput Mbah Karto, mengantar jiwanya menuju ke surga.
Pada waktu berdoa dan meminta pertolongan kepada malaikat Gabriel dan Mikael, saya merasakan kehadiran sosok yang cukup kuat, namun tidak menyeramkan. Ketegasannya sungguh terasa.
Yakinlah saya, kalau inilah sosok Mikael seperti yang selama ini digambarkan.
Dalam doa dan komunikasi batin yang saya lakukan dengan Malaikat Mikael, saya melihat Malaikat Mikael berbicara sebentar dengan Mbah Karto, lalu muncul seperti sinar putih yang seperti jalan naik, mereka berdua menuju sinar putih itu lalu hilang. Saya masih terus berdoa, mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang sudah mengutus malaikatnya untuk menjemput jiwa Mbah Karto.
Elisabeth Kusumodewi, dikenal dengan nama Mbak Dewi Tarot. Seorang pembaca tarot atau peramal tarot, sejak tahun 2011 dan tinggal di Yogyakarta