Liputan6.com, Jakarta Seorang siswa SMA (16), Davis Allen Cripe dari Carolina Selatan, Amerika meninggal akibat terlalu banyak mengonsumsi kafein dari kopi dan minuman berenergi.
Davis diperkirakan mengalami irama jantung yang tidak normal (aritmia) sehingga jantung tak dapat memompa cukup darah ke tubuh hingga memengaruhi otak dan organ lainnya.
Baca Juga
Seperti dilansir CNN, Rabu (24/5/2017), menurut pengakuan salah satu temannya, Davis mengonsumsi tiga jenis minuman berkafein, termasuk minuman berenergi. Dua jam kemudian, dia pingsan di ruang kelasnya, Spring Hill High School.Â
Advertisement
"Seperti semua orangtua lainnya, kami khawatir dengan anak-anak saat mereka tumbuh. Tapi bukan kecelakaan yang merenggut nyawanya, melainkan minuman berenergi," kata ayah Davis, Sean Cripe.
Dalam konferensi pers, Sean mengatakan bahwa dia berharap orangtua dan anak-anak lain bisa menyadari bahaya minuman berkafein. "Orang tua, tolong bicarakan dengan anak-anak Anda tentang bahaya minuman energi ini," katanya.
Dari laporan American Academy of Pediatrics, emaja usia 12 sampai 18 tahun tidak boleh mengonsumsi lebih dari 100 miligram kafein per hari. Asupan kafein lebih dikaitkan dengan risiko peningkatan tekanan darah pada remaja, kata spesialis nutrisi dan wakil ketua di departemen nutrisi di University of California, Sheri Zidenberg-Cherr.
Meskipun tidak ada standar yang ditetapkan untuk anak-anak, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) menekankan, orang dewasa bisa mengonsumsi 400 miligram kafein per hari--setara dengan empat atau lima cangkir kopi tanpa mengalami efek samping.
National Capital Poison Center melaporkan, kafein adalah stimulan yang bisa meningkatkan kewaspadaan dan suasana hati. Namun terlalu banyak mengonsumsi kafein seperti pada kopi atau minuman berenergi bisa menimbulkan gejala seperti tangan gemetar dan sakit perut. Gejala berat bisa termasuk tekanan darah tinggi, kejang dan koma.