Sukses

Kapan Usia yang Tepat Ajarkan Anak Puasa?

Sebenarnya, kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan anak puasa di bulan ramadan?

Liputan6.com, Jakarta Puasa Ramadan adalah wajib bagi muslim yang sudah akil balig (cukup umur). Laki-laki sudah mimpi basah sedangkan perempuan sudah menstruasi. Jika anak belum sampai pada titik itu, konteks yang diterapkan adalah belajar berpuasa.

"Dalam konteks belajar ini, ada banyak cara yang dilakukan orangtua supaya nanti ketika anak dewasa, dia terbiasa dan harus puasa," kata Psikolog Anak, Yeti Widiati kepada Health Liputan6.com, Jumat (26/5/2017).

Itu berarti tidak ada usia pasti untuk mengajarkan anak puasa Ramadan. "Ada orangtua yang mulai mengajarkan anak puasa di umur tiga tahun, empat tahun, atau lima tahun. Dan, yang namanya belajar, tidak harus sesuai ketentuan. Bisa satu jam dulu, lalu naik jadi setengah hari, sampai pada akhirnya mengajarkan anak berpuasa dari subuh sampai magrib," kata Yeti menambahkan.

Menurut Yeti hal paling penting dalam mengajarkan si Kecil berpuasa di bulan ramadan adalah contoh, lalu ciptakan suasana puasa yang menyenangkan. Semenyenangkan saat anak bermain.

"Saya mengajarkan ke anak sendiri seperti itu. Sebelum menyuruh, orang dewasanya harus puasa terlebih dahulu. Kemudian, kita tunjukkan ke mereka suasana puasa yang menyenangkan. Misalkan dengan menyajikan masakan untuk sahur dan berbuka menu yang paling anak sukai," kata Yeti menambahkan.

Sedangkan imbalan untuk anak yang berhasil puasa penuh, Yeti lebih menekankan kepada pengalaman yang menyenangkan buat si Kecil. Tidak harus selalu uang, karena di usia yang relatif masih sangat kecil belum paham harus menggunakan uang itu untuk apa.

"Materi itu sifatnya bisa berkembang terus. Misal, sekarang kita memberikan mereka uang Rp10 ribu. Mereka senang, tapi itu sekarang. Ketika anak terlalu sering menerima uang (dengan nominal) yang selalu sama, mereka akan minta yang lebih besar lagi," kata Yeti.

Bila orangtua memang ingin memberikan hadiah yang sifatnya materi, sebaiknya yang logis dan harus dibicarakan dulu ke mereka. "Bilang ke mereka 'Kamu boleh menerima uang, tapi uang itu mama yang pegang. Nanti, kalau kamu mau beli sesuatu, bilang ke mama'," kata dia memberi contoh.

Seorang anak yang mengharapkan imbalan dari orangtuanya tidak haram hukumnya. Orang dewasa saja, melakukan segala tindakan karena mengharapkan imbalan dari Tuhan berupa surga dan kenikmatan dunia lainnya.

"Allah SWT saja mengiming-imingi dengan surga, kenapa ke anak tidak mengiming-imingi hadiah juga? Hadiahnya apa, bisa dipikirkan kemudian," kata Yeti.