Liputan6.com, Jakarta Yana Zein dengan wajah semringah mengatakan bahwa sel kanker yang tersisa di tubuhnya tinggal 25 persen. Hasil ini merupakan buah kerja keras dia selama menjalani cryosurgery selama beberapa bulan di Rumah Sakit Modern Guangzhou China Hospital
Kemudian, Yana yang divonis mengidap kanker payudara kira-kira dua tahun lalu merasa kesehatannya mulai membaik. 70 sampai 80 persen, kata dia. Yana Zein sesumbar itu karena sekarang sudah bisa berjalan.
Baca Juga
"Sewaktu saya ke Guangzhou, saya harus naik kursi roda. Di sana saya sudah jalan-jalan," kata Yana Zein sepulang dari Tiongkok, Minggu, 28 Mei 2017.
Advertisement
Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain. Yana Zein menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Mayapada sekitar pukul 13.00 pada Kamis, 1 Juni 2017. Kepergian aktris senior itu hanya selang beberapa hari setelah dia pulang ke Indonesia.
Saat tim Health Liputan6.com menanyakan mengenai terapi ini, dokter spesialis bedah onkologi, Saptahadi Setia Basuki, menjawab,"Kalau seorang pasien (apalagi kanker payudara stadium empat) sampai ngomong seperti itu, menurut saya itu terlalu menjanjikan."
Menurut dr Saptahadi, cryosurgery adalah terapi tambahan bukan yang utama untuk pengidap kanker payudara. Dengan kata lain, terapi tambahan ini bukan untuk menyembuhkan. "Treatment itu hanya sekadar paliatif," kata dia.
Baik di tingkat nasional maupun internasional, lanjut dr Saptahadi, cryosurgery ditempatkan sebagai terapi tambahan, bukan untuk penanganan pertama.
"Penanganan pertama sumber-sumber solid seperti itu tetap operasi. Kalau memang misalnya perlu tambahan kemoterapi, pasien akan dikemo atau radiasi. Terus, terapi hormonal akan diberikan kalau itu memang diperlukan. Kemudian, targetnya yang diterapi. Itu semua adalah protokol penanganan (untuk pasien kanker payudara) baik di Indonesia maupun di luar negeri," kata Saptahadi.
Belum lagi kalau bicara stadiumnya. Yana Zein sendiri diketahui mengidap kanker payudara stadium empat. Yang mana jika sudah sampai pada tingkatan itu angka kesembuhannya hanya 20 persen.
"Kalau menurut saya, tidak betul terapi (cryosurgery) itu bisa menyembuhkan, apalagi kanker payudaranya sudah stadium empat," kata Saptahadi.
Bukan perkara mudah menyembuhkan orang yang divonis kanker payudara stadium empat. Terlebih dengan terapi cryosurgery.
"Saya tidak tahu apakah yang dilakukan Yana Zein hanya di payudaranya saja atau di bagian lain juga. Yang jelas, terapi yang diterima tidak boleh hanya di satu titik saja, tapi harus ke bagian lain juga (karena biasanya sel kanker sudah menyebar). Sedangkan ini termasuk terapi lokal yang ditempatkan hanya di tumor saja," kata dia menjelaskan.
Bercermin dari kasus Yana Zein ini, dr Saptahadi mengingatkan bahwa cryosurgery hanya sekadar paliatif. Artinya, hanya untuk mengurangi penderitaan, mencukupi kebutuhan hidup pasien, untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, dan menghilangkan keluhan-keluhan yang dialami oleh pasien kanker payudara.
"Dokter di mana pun, termasuk rekan sejawat saya baik di luar negeri juga, kalau namanya stadium empat dan sudah menyebar, biasanya itu tinggal terapi paliatif," kata dia.
Sudah sepatutnya dokter untuk jujur mengenai terapi paliatif seperti cryosurgery ini. Jujur kepada pasien dan keluarga bahwa terapi yang akan dijalankan untuk mengurangi penderitaan.
"Kita harus ngomong bahwa konsepnya itu terapi paliatif. Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pada pasien, sehingga terapi-terapi yang diberikan jangan yang terlalu berat, dan tidak menambah beban fisik si penderita," kata Saptahadi menekankan.
Dokter tidak boleh memberikan janji-janji manis begitu saja. Misalkan mau memberikan obat kepada pasien kanker payudara, harus dijelaskan juga apa risikonya. "Dan bilang terus terang, dengan terapi seperti itu, angka kesembuhannya sekian," kata dia.
dr Saptahadi kembali menekankan bahwa cryosurgery seperti yang dilakukan Yana Zein adalah terapi paliatif. Sampai sekarang pun masih ditempatkan di posisi terapi tambahan, bukan yang utama.