Liputan6.com, Jakarta Meski sedang berpuasa di bulan Ramadan, para penggemar lari terkadang masih melakukan olahraga berbiaya murah tersebut. Namun, pernahkah kamu sadari kecenderungan pria mampu lari lebih cepat dibanding wanita?
Baik lari estafet atau maraton, pria mampu berlari lebih cepat dibanding wanita. Lihat saat saja pelari pria tercepat di dunia, Usain Bolt, hanya membutuhkan waktu lari 9,58 detik untuk menempuh jarak 100 meter. Sementara, pelari wanita tercepat di dunia, Florence Joyner membutuhkan waktu 10,49 detik.
Baca Juga
Advertisement
Kemampuan pria berlari lebih cepat dari wanita ini rupanya terkait dengan hormon dan ukuran tubuh. Berikut penjelasannya:
1. Hormon testosteron dan estrogen
Hormon testosteron pada pria yang lebih tinggi berperan besar pada kemampuannya lari lebih cepat dibanding wanita. "Produksi hormon testosteron pada wanita lebih sedikit, dan hormon ini memberi keuntungan otot. Karena testosteron pada pria lebih banyak, jumlah otot mereka juga banyak," kata pakar kedokteran olahraga, Stanford Health Care, Amerika Serikat, Emily Kraus.
Jika melihat kaki pria, sekitar 80 persen di antaranya adalah otot, sementara wanita 60 persen otot. Jumlah otot yang lebih banyak membantu pria lari lebih cepat seperti disampaikan Kraus.
"Lalu, pada pria terdapat serat otot yang lebih besar, hal ini membantu kaum Adam berlari lebih kencang dibanding wanita," ucap Kraus lagi mengutip Live Science, Jumat (2/6/2017).
Faktor hormon lain adalah estrogen. Wanita memiliki hormon estrogen lebih tinggi dibanding pria sehingga jumlah lemak tubuh lebih banyak pada wanita. Hal ini, juga berpengaruh pada performa lari wanita.
Ukuran tubuh
2. Ukuran tubuh
Faktor lain yang membuat pria mampu lari lebih cepat dibanding wanita adalah ukuran tubuh. Ukuran paru-paru wanita rata-rata lebih kecil dari pria. Hal ini membuat konsumsi oksigen maksimal (VO2 max) pada wanita lebih rendah dari pria.
Rata-rata VO2 max pada wanita sekitar 33 mililiter oksigen per kilogram masa tubuh per menit. Sementara pada pria usia muda rata-rata 42 mililiter/kg/menit menurut studi dari jurnal Medicine and Science in Sports and Exercise.
Advertisement