Sukses

Ingin Bahagia, Wanita Jangan Nikahi Pria Tampan

Studi menemukan, penampilan suami mempengaruhi kebahagiaan istri.

Liputan6.com, Jakarta Wanita yang ingin mencari suami, akan lebih bahagia jika dia melirik pria yang lebih berwajah biasa-biasa saja. Riset terbaru mengungkapkan, pasangan yang istrinya lebih menarik dibanding suami, lebih positif dan saling mendukung dibanding pasangan lain.

Alasannya, menurut para peneliti, karena pria menempatkan penilaian yang cukup tinggi pada penampilan fisik. Sedangkan wanita lebih mementingkan suami yang suportif.

Para peneliti mengakui, cantik/tampan itu subjektif, namun penelitian menunjukkan bahwa tetap saja ada standar universal, seperti mata besar, fitur yang "baby face", wajah simetris, dan rasio pinggang-pinggul yang spesifik.

Studi baru, yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology edisi Februari mengungkapkan, penampilan masih berpengaruh melampaui ketertarikan awal, walau dengan cara yang berbeda.

Penelitian yang dipimpin oleh James McNulty dari University of Tennessee ini menganalisa 82 pasangan yang menikah dalam rentang waktu enam bulan sebelum studi dilakukan. Mereka juga dipastikan sudah bersama selama hampir tiga tahun sebelum menikah. Usia rata-rata para partisipan adalah awal sampai pertengahan 20-an.

Para pasangan tadi lalu diminta untuk mendiskusikan masalah pribadi mereka selama 10 menit--yang direkam oleh para peneliti. Rekaman tadi lantas dianalisa untuk melihat apakah pasangan mendukung permasalahan pasangannya, seperti misalnya rencana untuk makan lebih sehat, mencari pekerjaan baru dan berolahraga lebih sering.

"Seorang suami yang negatif akan mengatakan, 'Itu masalahmu, kamu selesaikanlah,' versus 'Aku ada disini untukmu; apa yang kamu ingin aku lakukan?; bagaimana aku bisa membantu?'"

Satu kelompok coders terlatih kemudian menilai paras dari setiap pasangan berdasarkan skala 1 sampai 10--10 melambangkan kecantikan mutlak.

Sepertiga dari pasangan tadi memiliki istri yang lebih menarik, sepertiga lainnya suamilah yang lebih menarik, dan sisanya menunjukkan pasangan dengan tingkat kecantikan atau ketampanan yang sama.

Secara keseluruhan, istri dan suami berlaku lebih positif ketika istrilah jadi pihak yang lebih menarik.

Menurut Dan Ariely, seorang profesor tingkah laku ekonomis di MIT's Program in Media Arts and Science dan di Sloan School of Management, temuan ini sangatlah masuk akal.

"Pria lebih sensitif terhadap penampilan wanita. Wanita sepertinya lebih sensitif pada tinggi dan gaji pria," ujar Ariely, yang tidak terlibat dalam studi tadi.

Pada pasangan dengan suami yang lebih menarik, keduanya tidak terlalu mendukung terhadap satu sama lain. McNulty mengatakan, para istri mencontoh, dalam beberapa cara, kadar dukungan yang mereka dapat dari suaminya.

"Pria yang lebih tidak menarik dibanding sang istri mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang mungkin dia harapkan," ujar McNulty pada LiveScience, dilansir Minggu (4/6/2017). "Dia mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari yang dia berikan pada tingkat itu. Jadi dia akan bekerja keras untuk mempertahankan hubungan tersebut."

Sedangkan pada pria yang lebih menarik dari istrinya, secara teori akan memiliki akses pada orang lain yang lebih menarik dibanding istrinya, papar McNulty. Mentalitas "rumput tetangga lebih hijau" juga bisa membuat para pria ini merasa lebih tidak puas dan lebih tak berkomitmen dalam pernikahan mereka.

 

Â