Liputan6.com, Jakarta Dalam studi terbaru, para ilmuwan mengatakan bahwa bisa ular bisa digunakan sebagai obat pengencer darah yang akan membantu pasien penyakit jantung.
Seperti dilansir WebMD, Selasa (13/6/2017, periset dari Taiwan ini memperkirakan hal tersebut setelah menguji efek bisa ular pada tikus.
Baca Juga
Seorang ahli kardiologi tak heran dengan studi ini. Sebab menurutnya, racun biasa membunuh dengan cara mengganggu mekanisme pembekuan darah.
Advertisement
"Obat pengencer darah memiliki sejarah panjang dan berkembang," kata Dr Satjit Bhysri, spesialis jantung di Lenox Hill Hospital di New York City.
Sebenarnya, kata dia, banyak pengencer darah saat ini didasarkan pada eksperimen awal dari protein yang ditemukan dalam racun ular.
Pada studi yang dipublikasikan dalam jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis and Vascular Biology tersebut, seorang peneliti farmakologi di Universitas Nasional Taiwan, Tur-Fu Huang memusatkan perhatian pada racun ular Tropidolaemuswaglerix--spesies ular yang hidup di Asia Tenggara yang dikenal sebagai Wagler pit viper atau the Temple viper karena mengandung protein yang disebut trowaglerix.
Dalam eksperimen tersebut, tikus yang diobati dengan bisa ular tidak mengalami perdarahan lebih lama dibandingkan tikus yang tidak diobati.
Dr. Kevin Marzo, kepala kardiologi di NYU Winthrop Hospital di Mineola, NY mengkaji temuan ini. Dia setuju bahwa obat yang sedang dikembangkan mungkin bermanfaat.
"Banyak obat yang digunakan dalam pengobatan pasien serangan jantung bekerja dengan menghambat trombosit dan mencegah pembekuan darah. Namun, seringkali terjadi komplikasi perdarahan serius," katanya.
Potensi pengembangan obat berdasarkan racun ular dapat memiliki efek menguntungkan, tambahnya.
Â