Sukses

Bahaya untuk Indonesia Bila Banyak Artis yang Antivaksin

Apa sebenarnya bahaya bila banyak artis yang memutuskan menjadi kaum antivaksin, seperti Oki Setiana Dewi?

Liputan6.com, Jakarta Dua buah hati Oki Setiana Dewi terserang penyakit campak. Maryam Nusaibah Abdullah dan Khadeejah Faatimah Abdullah sudah lima hari terbaring lemas di ranjang sebuah rumah sakit. Kabar ini pertama kali muncul melalui unggahan foto di akun Instagram pribadi sang artis pada Selasa, 6 Juni 2017.

Dokter spesialis anak konsultan sekaligus pendiri Rumah Vaksinasi, Piprim Basarah Yanuarso, rupanya pernah mengingatkan Oki supaya mengimunisasi anak-anaknya. Namun, Oki tidak mengindahkan seruan itu dan memilih menjadi antivaksin.

"Semoga setelah ini berubah, ya. Imunisasi penting banget buat cegah penyakit ganas dan berbahaya," tulis Piprim di halaman Facebook pribadinya pada Senin, 12 Juni 2017.

Menurut Piprim, sungguh sangat disayangkan apabila artis yang seharusnya bisa mengkampanyekan perubahan ke arah yang lebih baik justru melakukan tindakan yang kurang tepat ini. Sebab, kalau 40 persen dari populasi rakyat Indonesia ini galau dan tidak mau vaksinasi, siap-siap saja wabah yang sempat hilang bakal muncul lagi di sekitar kita.

"Ini bahaya kampanye-kampanye antivaksin. Karena kalau banyak orang galau, wabahnya bisa muncul lagi, padahal tadinya sudah kita kendalikan dengan baik. Bahaya antivaksin seperti itu, wabah bisa muncul lagi," kata Piprim saat dihubungi Health Liputan6.com pada Rabu (14/6/2017).

Piprim kemudian memberi contoh kasus difteri yang menimpa Sumatera Barat pada pertengahan 2014. Menurut Piprim, wabah itu muncul kala banyak penduduk di sana galau akibat "ulah" kelompok antivaksin.

Cakupan imunisasi di Padang sempat menurun drastis pada 2012. Dari 93 persen turun menjadi 35 persen. Setelah berbagai upaya dilakukan pemerintah, cakupan dan kesadaran masyarakat akan imunisasi naik lagi tapi tidak mencapai 80 persen, kata Piprim.

"Sampai pada akhirnya meletuslah wabah difteri di Padang yang menelan banyak korban pada 2014," kata Piprim.

"Perlu diketahui bahwa cakupan vaksinasi ini harus tinggi, harus 80 persen lebih. Kalau cakupan menurun, jadi 60 persen, wabah bisa muncul lagi," kata Piprim menambahkan.

Itulah mengapa kalau kelompok antivaksin, misalnya para selebritas ini diikuti oleh orang-orang yang mencapai 40 persen dari populasi rakyat Indonesia, siap tidak siap kita harus menyambut kedatangan wabah itu kembali.

Piprim pun menekankan bahwa vaksinasi tidak bisa digantikan dengan cara apa pun. Termasuk menggunakan tahmit, madu, kurma, herbal, maupun ASI eksklusif yang selama ini dipercayai oleh banyak orang.

"Mereka ini bicara tanpa ilmu. Padahal, sejarah sudah membuktikan bahwa penyakit ganas sekali. Yang bikin banyak korban manusia bisa tereliminasi penyakitnya hanya setelah ditemukan vaksin-nya," kata Piprim.

Â