Liputan6.com, Jakarta Lebaran 2017 menjadi pengalaman pertama Chichi Utami melepas buah hati tercinta, Vio, 9 tahun, mudik duluan ke Palembang, Sumatera Selatan.
Menurut Chichi, ide ini tercetus dari Vio sendiri, yang sudah tak sabar mau berlibur di rumah sang nenek. Maklum, Vio yang sudah libur sekolah mulai bosan di rumah, tapi sang ibu masih harus bekerja sampai menjelang Lebaran.
Advertisement
Baca Juga
Chichi kemudian teringat pengalaman keponakannya yang pernah “mudik” sendirian menggunakan program Unaccompanied Minor milik maskapai penerbangan plat merah. Chichi lalu menawarkan program itu kepada Vio, sambil bertanya apakah dia berani naik pesawat sendiri. Chichi kaget mendengar jawaban putra semata wayangnya yang ternyata mau.
Singkat cerita, Chichi pun harus melepas Vio mudik duluan pada Selasa, 20 Juni 2017. Ibu muda yang juga seorang blogger kawakan ini mengaku tidak merasa deg-degan karena yakin Vio bakal aman selama terbang dan sampai di tempat tujuan dengan selamat.
"Deg-degannya lebih kepada kalau Vio kumat isengnya, jalan sendiri enggak mengikuti petugas, dan gangguin penumpang sebelah dengan kecerewetannya. Kalau deg-degan karena dia terbang sendiri, enggak, karena Vio aman di tangan orang-orang yang tepat. Mulai dari petugas ground bandara sampai ke flight attendant-nya pesawat tersebut," kata Chichi.
Membiarkan anak mudik duluan ke kampung halaman terbilang jarang di Indonesia. Ditambah belakangan ini, semakin marak pemberitaan mengenai penculikan anak di mana-mana. Ratna, ibu dari bocah laki-laki bernama Fauzan, misalkan, masih belum siap melepaskan anaknya itu bepergian seorang diri.
"Kalau ayahnya siap banget, tapi ibunya ini, bisa enggak karuan perasaannya dan bisa-bisa berubah posesif ke anak," kata Ratna yang rencananya akan mudik ke Medan pada Sabtu besok.
Ratna sudah tahu lama mengenai program Unaccompanied Minor ini. Namun, entah mengapa memang dirinya sendiri yang belum siap buat melepaskan Fauzan pergi sendiri, sekalipun menggunakan maskapai dengan kualitas yang jempolan.
"Bukannya apa-apa, Fauzan ini tipikal anak yang moody-an. Kalau dia rasa ada sesuatu yang mengganjal, dia bisa mencak-mencak. Aku takut karena itu juga. Kan aku juga enggak mau anakku malah disinisin orang karena sikapnya," kata Ratna.
Ya, psikolog anak Yeti Widiati, menilai, keberanian Chichi melepas Vio mudik duluan adalah hal bagus. Sebab, tanpa sadar telah melatih anaknya untuk belajar mandiri.
Setelah tahu bahwa Chichi menggunakan sebuah program dari maskapai yang dikenal punya pelayanan baik sejauh ini, Yeti merasa langkah tersebut sudah sangat tepat dan tak perlu ada yang terlalu dikhawatirkan.
"Saya tidak melihat adanya situasi yang berbahaya dari tindakan ini. Usia-usia segitu sudah bisa diajarkan cara untuk mengatur dirinya sendiri. Lagipula, perjalanan seperti ini bukan permanen, bukan sesuatu yang dilakukan setiap hari. Saya rasa, anaknya juga pasti senang, karena nantinya bakal Lebaran sama ibunya juga," kata Yeti.
Untuk orangtua lain yang sekiranya ingin meniru langkah seperti Chichi pada Lebaran mendatang, Yeti berpesan supaya orangtua lebih dulu tahu kemampuan dari anak mereka. Kemampuan si Kecil dalam beradaptasi, juga kemampuan seorang anak dalam bertindak jika terjadi suatu hal di luar dugaan.
"Orangtua juga harus membekali anak dengan kemampuan yang dia butuhkan. Misal, kalau bingung harus tanya siapa, kalau mau ke toilet harus bagaimana, dan harus tanya ke siapa itu mesti diajarkan sejak sekarang," kata Yeti.
"Intinya, sebelum melepas anak buat mudik sendiri, orangtua harus membekalinya dengan segala macam keterampilan tertentu," kata Yeti menekankan.
Hal itu rupanya tak luput dari perhatian Chichi. Satu hari sebelum berangkat, bahkan saat akan menyerahkan Vio ke petugas, Chichi menyampaikan wejangan, "Harus nurut sama petugasnya sampai ke pintu pesawat, jangan lari-lari, kalau penumpang sebelah enggak mau diajak ngobrol jangan bawel, dan di pesawat duduk yang manis."
Sedangkan untuk kasus seperti Ratna yang masih belum siap melepas anak laki-lakinya untuk mudik duluan atau bepergian sendiri, Yeti sangat bisa maklum. Ketakutan yang menimpa orangtua pasti ada alasannya. Salah satunya karena lingkungan itu sendiri yang membuat para ibu seperti Ratna jadi enggan melakukan hal serupa Chichi.