Liputan6.com, Depok, Jawa Barat Profesi polisi wanita (polwan) dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang berat dan sulit bagi perempuan. Ada bayang-bayang rasa takut dicelakai saat bertugas di lapangan saat malam hari. Namun, rasa takut ini berhasil ditepis Brigadir Dua (Bripda) Suci Amalia. Tidak perlu takut saat bertugas di lapangan. Tidak perlu mikir macam-macam soal bahaya. Insha Allah aman, ujar polwan cantik, 23 tahun, yang tergabung dalam Tim Jaguar Polres Kota Depok, Jawa Barat.
Advertisement
Baca Juga
Bripa Suci mulai bergabung di Tim Jaguar pada Maret 2016. Ketika diwawancarai khusus Health-Liputan6.com, ia mengakui, pertama kali diterjunkan ke lapangan memang ada rasa takut saat menghadapi orang-orang yang perlu ditindak, seperti anak-anak perempuan yang suka keluyuran di malam hari atau menertibkan geng motor.
“Takut saja. Ya... Namanya orang jahat. Mereka tidak memandang kita laki-laki atau perempuan. Tidak juga memandang, kita anggota polri atau bukan. Di mata mereka, kita adalah musuh. Di sini (Tim Jaguar), semua anggota tim termasuk solid dan perhatian. Saya merasa terlindungi sampai sekarang,” ucap Bripda Suci.
Untuk mengatasi rasa takut yang sempat dirasakan. Pikiran tanggungjawab tertanam di benaknya. Sebagai polwan perlu mengabdi ke masyarakat. Apapun yang dilakukan harus penuh keberanian dan melawan rasa takut. Kalau polwan itu takut, maka pekerjaan menjadi berantakan.
Ini akan menganggu pekerjaan sehari-hari. Jika menjalani pekerjaan serba takut, maka jadi tidak berani. Pada intinya, perempuan tak perlu berpikir soal bahaya dan yakin keamanan terjamin.
Motivasi mengusir rasa takut tak hanya terkait tanggungjawab pada pekerjaan saja. Bripda Suci selalu teringat keluarga di rumah. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini bersemangat karena dukungan keluarga. Orang jahat itu punya keluarga. Bripda Suci menginginkan anak-anak, terutama perempuan muda yang keluyuran di malam hari itu berbahaya.
Hal ini yang membuat motivasi Bripda Suci bekerja dengan baik. Ia berharap, anak-anak generasi penerus bangsa bisa lebih benar saja pergaulannya.
Sosok yang dihormati
Sosok yang dihormati
Dalam dunia kepolisian, bahaya selalu mengintai. Selama bertugas di lapangan sampai sekarang, Bripda Suci belum pernah mengalami bahaya atau dicelakai. Tapi ada satu momen yang tetap diingatnya. Bentrokan antar organisasi masyarakat (ormas) dengan suasana yang amat menegangkan.
“Kebetulan saat itu saya pakai helm dan buff (penutup wajah). Saat di lokasi bentrokan, massa enggak begitu sadar memandang kalau saya itu perempuan. Mereka blakblakan ngomongnya. Ketika saya buka helm ternyata mereka langsung hormat. ‘Oh, perempuan’ Mereka langsung respons begitu,” jelas Bripda Suci dengan wajah terharu.
Sejauh ini, Bripda Suci merasa dihormati dirimya sebagai perempuan. Massa paling bertanya, ‘Perempuan ya, Mbak.’ Lain halnya saat berhadapan dengan anak-anak remaja yang ketahuan merokok. Kebanyakan dari mereka masih anak di bawah umur dan sering mengelak (tidak mau mengaku) atas tindakan yang dilakukan.
Mereka merasa ketakutan, mengelak, dan ingin kabur saat melihat Tim Jaguar yang datang bertugas.
Advertisement
Inspirasi menjadi polisi
Inspirasi menjadi polisi
Cita-cita menjadi polisi ternyata dipupuk Bripda Suci sejak SD. Ia mengaku, awalnya enggan menjadi polisi. Pemikiran saat SD dulu, polisi itu kerjanya tidak enak karena kerjanya di jalanan. Pikiran masih kanak-kanak dan belum luas. Ternyata setelah terjun jadi polisi, area pekerjaan polisi tidak hanya di jalanan saja.
Keinginan kuat menjadi polisi makin kuat saat Bripda Suci duduk di bangku SMP. Selama masa-masa SMP, rumah yang dihuni dirinya dan orangtua di area Pancoran Mas, Depok, sering menjadi sasaran pencurian. Tiap kejadian pencurian, orangtuanya Bripda Suci melaporkan ke polisi.
“Tapi saya perhatikan, kok enggak ada respons dari polisi. Setelah SMA, saya mikir, polisi itu kerjanya seperti apa. Saya mulai terinspirasi dari hal itu dan mencari informasi soal polisi. Apalagi untuk polwan yang sangat diistimewakan. Polri sangat menghargai perempuan,” ucap Bripda Suci.
Akhirnya, cita-cita terwujud. Sebelum ditempatkan di Tim Jaguar, Bripda Suci bertugas di reserse kriminal (reskrim). Di reskrim ini, ia baru mengetahui seluk-beluk kinerja polisi.
“Saya pun menangani kasus pencurian, yang terjadi di rumah saya. Saya juga tahu pencurinya dari seorang anak kecil. Namanya juga anak keci, enggak bisa bohong. Enggak ada rekayasa juga. Pelakunya itu kebetulan orang dekat rumah, tetangga sendiri. Tapi sekarang dia sudah pindah rumah,” papar Bripda Suci sambil terkenang.
Benturan dengan orangtua
Benturan dengan orangtua
Perjuangan meraih cita-cita sebagai polisi bukanlah jalan yang mudah dilalui oleh Bripda Suci. Pada awalnya, orangtua tidak setuju.
“Orangtua maunya bergerak dibidang kesehatan. Tapi sekali lagi, saya bilang enggak mau. Saya tetap mau jadi polisi. Bahkan saya sampai dua kali daftar masuk polisi. Setelah orangtua melihat keseriusan saya jadi anggota polri, akhirnya direstuin,” ungkap Bripda Suci.
Profesi polwan termasuk pilihan jalan hidup yang berani ditempuh. Hal ini dikarenakan, profesi keluarga secara turun-temurun itu mayoritas wiraswasta. Hanya Bripda Suci-lah yang masuk menjadi anggota polri.
Advertisement
Tetap senang bertugas
Tetap senang bertugas
Menjalani hari-hari bertugas yang padat tidak membuat Bripda Suci merasa stres dan depresi. Ia justru santai dan dibawa senang (have fun). Jika suasana hati (mood) sedang tidak baik biasanya bercanda.
“Di sini kan, yang perempuan hanya dua orang. Saya dan teman saya. Kalau lagi enggak mood ya bercanda. Lagi pula kebanyakan laki-laki. Jadi, bercanda saja dengan mereka,” tawanya.
Bahkan ketika menstruasi pun ia harus tetap bertugas. Salah satu mengatasi rasa tidak mood saat menstruasi tetap dengan bercanda. Bripda Suci juga mengungkapkan, bekerja di lapangan sangat nyaman. Di lapangan bisa bekerja bebas dan langsung praktik.
Berbeda kalau bekerja di ruangan, yang terbatas, terlalu formal, dan tidak bisa mengeksplorasi dengan bebas.
Merasa tampil keren
Merasa tampil keren
Sebagai anggota Tim Jaguar, Bripda Suci merasa penampilannya lebih keren saat pakai seragam Pasukan Jaguar yang berwarna hitam. Ia juga merasa keren tatkala membawa senjata untuk keperluan bertugas. Senjata yang tampak berat dan menakutkan di mata publik ternyata berhasil berhasil ‘dijinakkan’ oleh Bripda Suci.
Ia tidak takut atau gugup saat membawa senjata karena latihan yang sudah dijalaninya. Senjata tersebut tetap aman. Meskipun begitu, Bripda Suci mengaku, pegal-pegal kalau membawa senjata terlalu lama.
Tak hanya penampilan yang merasa dirinya keren, ia juga merasa bangga.
“Saya merasa polwan itu pasti keren. Tapi saya bukan membanggakan diri sendiri juga. Saya salut dengan orang yang bekerja di malam hari (patroli). Saya suka mikir sendiri dan bertanya ketika melihat orang yang bekerja di malam hari. ‘Ini ibu, apa enggak tidur dan enggak mikirin anaknya?’ Saya melihatnya ibu—yang polwan—itu hebat. Ternyata saya juga menjalani profesi yang sama,” ucap Bripda Suci sambil tersenyum.
Menjalani profesi polwan yang kerap berpatroli membuat orangtua Bripda Suci selalu memberikan wejangan.
“Sesibuk apapun kamu tetap harus mikirin salat, jaga kesehatan, dan waspada sama diri sendiri. Yang penting, saya harus bisa jaga diri, pesan orangtua dari dulu begitu. Apalagi selalu diingatkan soal ibadah,” ujarnya.
Advertisement