Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) bersama Climate Central, memprediksi panas bumi akan meningkat pada 2100. Kedua organisasi ini melakukan proyeksi pada sejumlah wilayah, khususnya di iklim tropis seperti di Belize City, Kairo-Mesir, Maroko-Afrika Utara.
Rata-rata suhu diproyeksi meningkat 4,8 derajat celsius. Namun, pada beberapa kota justru akan mengalami panas yang lebih dari kota lainnya yang puncaknya terjadi pada 2100.
Baca Juga
Periset membandingkan panas bumi yang terjadi di wilayah tersebut saat ini dan melakukan proyeksi panas pada 83 tahun mendatang. Periset juga memiliki tujuan untuk memberikan pemahaman kepada semua orang terkait pemanasan global yang disebabkan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
"Ini memberikan arti lebih mendalam tentang bagaimana sebenarnya suhu musim panas yang sebenarnya nanti," ujar James Bronzan, analis riset dari Climate Central, dikutip dari Mashable, Selasa (11/7/2017).
Periset melakukan dua proyeksi iklim global. Pertama, akibat polusi tinggi dan emisi karbon yang dibiarkan. Tak hanya itu, seiring meningkatnya emisi karbon, bersamaan dengan pertumbuhan populasi di perkotaan dan pengembangan yang luas akan meningkatkan suhu musim panas di seluruh dunia.
Dalam kasus ini, misalnya, rata-rata panas bumi di New York City berada pada 81,8 derajat fahrenheit atau 27 derajat celsius dan akan meningkat menjadi 94 derajat fahrenheit atau 34 derajat celsius, setara dengan Juarez, Meksiko hari ini.
Bagaimana dengan Indonesia?
Beberapa kota di Indonesia juga diprediksi mengalami kenaikan suhu panas. Jakarta dan Bandung, misalnya saat ini berada di suhu 29,9 derajat celsius, tanpa pengurangan emisi moderat.
Namun, pada 2100 suhunya akan setara dengan suhu Phnom Penh, Kamboja saat ini yaitu 32,5 derajat celsius. Dengan pengurangan emisi moderat, pada 2100 suhu kedua kota itu akan sama dengan suhu Singapura saat ini, yaitu 31,5 derajat celsius.Â
Â