Sukses

Rahasia Pernikahan Bahagia, Kurangi Komunikasi

Komunikasi yang konstan rupanya tidak selamanya baik untuk miliki pernikahan bahagia.

Liputan6.com, Jakarta Dalam pernikahan pasti ada pertengkaran, bahkan dalam pernikahan paling bahagia sekalipun. Faktanya, 40 sampai 50 persen pernikahan berakhir dengan perceraian. Hal ini menjadikan, cara Anda dan pasangan berkomunikasi ternyata jauh lebih penting dari yang dibayangkan sebelumnya.

Pasangan perlu memperhatikan, setiap pertengkaran yang terjadi. Jika mereka tidak bisa mengingat sebab pertengkaran itu satu sampai dua minggu setelahnya, ada kemungkinan pernikahan mereka sedang bergerak menuju perceraian.

Mengutip Reader's Digest, Rabu (19/7/2017), Kara Lawler, blogger untuk Mothering the Divide, baru-baru ini berbagi sedikit nasihat pernikahan. Menurutnya, satu rahasia pernikahan yang sukses bukanlah komunikasi yang konstan, justru sebaliknya.

Walau terdengar tidak membangun, sebenarnya nasihat ini cukup masuk akal. Semua pasangan yang tinggal bersama pasti memiliki hal-hal kecil yang membuat mereka kesal atau terganggu. Namun banyak yang lupa, kalau hal-hal kecil tadi ya memang hanya sekadar hal kecil.

Lawler menjelaskan, dia berusaha untuk menekan keinginan meributkan hal-hal kecil. Seperti ketika suaminya meletakkan sepatu sembarangan, lupa membuang sampah, dan lainnya.

Dengan melakukan hal-hal ini, tak hanya memberi ruangan untuk percekcokan yang lebih penting, tapi juga menghemat energi, ujarnya.

"Rahasianya adalah dengan menutup mulut soal kesalahan-kesalahan kecil pasangan, membuat kita bisa mendiskusikan hal-hal besar dengan lebih baik, dengan halus dan penuh respek," lanjut Lawler. "Walau terkadang kita melakukannya dengan bersuara keras, tapi setidaknya kita telah memilah 'pertarungan' dengan lebih hati-hati."

Lawler menegaskan, pernikahannya dengan sang suami tidaklah sempurna. Mereka memang bertengkar, tapi mereka juga memilih untuk bekerjasama untuk bisa menyelesaikan topik yang mereka pertengkaran tersebut.

"Kesempurnaan dalam pernikahan adalah ilusi," tulis Lawler. "Hubungan itu tidak melulu bunga dan cokelat, melainkan kerja keras. Hubungan itu adalah ketidaksetujuan, pilihan, pemberian maaf, dan penerimaan."