Liputan6.com, Jakarta Perundungan (bullying) memang tak kenal usia. Korban dan pelaku bullying pun bisa anak-anak hingga orang dewasa. Khususnya pada anak-anak korban bullying, mereka seringkali malu mengungkapkan bullying yang diterimanya.
Baca Juga
Advertisement
Dari sisi psikologi, bullying bisa membuat anak menjadi malu, tidak percaya diri, dan merasa tertekan atas apa yang dialaminya.
Untuk mengetahui, apakah anak mengalami bullying, Seto Mulyadi, psikolog anak yang aktif di Komisi Nasional Perlindungan Anak memberikan tipsnya.
"Orangtua itu harus memancarkan aura penuh persahabatan. Setelah pulang sekolah, misalnya, jangan tanyai anak soal berapa nilai ulangan atau pelajarannya susah atau tidak. Pertanyaan ini bisa membuat anak malah enggan menceritakan bullying, yang mungkin diterimanya," jelas Kak Seto, sapaan akrabnya usai acara temu media Hari Anak Nasional 2017 di Kementerian Kesehatan, Jakarta pada Senin (24/7/2017).
Kak Seto melanjutkan, orangtua perlu menerapkan pendekatan emosional dan perasaan. Hindari membahas terlalu rinci soal aspek nilai dan pelajaran.
"Tanyai anak, 'Tadi ngapain saja sama teman-teman di sekolah?' Anak juga merasa lebih pas dengan pertanyaan tersebut. Anak akan berani menjawab, kalau dia diejek atau diolok-olok oleh temannya," lanjutnya.
Cara ini membuktikan orangtua menjadi sahabat yang baik untuk anak.