Liputan6.com, Jakarta Hidup di luar angkasa mungkin menjadi impian banyak orang. Salah satu yang kian populer saat ini seperti dicetuskan ilmuwan Rusia, Igor Ahusrbeyli, berupa konsep negara luar angkasa, Asgardia. Asgardia bak negeri di atas awan yang akan berada di orbit Bumi.
Baca Juga
Advertisement
Kini, banyak orang dari berbagai negara di dunia mendaftarkan diri untuk bisa menikmati Asgardia. Namun, untuk mencapai hidup di luar angkasa tidaklah mudah.
Anda mungkin perlu berpikir dengan matang sebelum mendaftarkan diri sebagai penduduk Asgardia.
Anda perlu memerhatikan risiko kesehatan selama di ruang angkasa terhadap sistem otot, kardiovaskular (jantung). dan kekebalan tubuh, seperti dilansir dari Phys, Jumat (28/7/2017).
Simak video menarik berikut ini:
Osteoporosis dan sakit punggung
Para astronot yang hidup di luar angkasa harus berolahraga untuk menjaga tulang dan otot mereka tetap normal selama masa tinggal enam bulan di International Space Station (ISS). Nyatanya, banyak astronot menderita sakit punggung bertahun-tahun setelah kembali ke Bumi.
Mereka juga menderita osteoporosis (pengeroposan tulang). Untuk mengetahui mengapa sakit punggung terjadi setelah terpapar gravitasi rendah, Jeffrey Lotz, PhD, David Bradford Mengabiri Ketua Bedah Ortopedi di UCSF, baru-baru ini mempelajari astronot setelah waktu mereka di luar angkasa.
Kurangnya gravitasi mengganggu siklus alami fungsi tulang. Saat di ruang angkasa dan terpapar gravitasi rendah, sel tulang mengalami kerusakan jaringan.
Thomas Lang, profesor radiologi dan biomedical di UC San Francisco, Amerika Serikat, menilai kepadatan tulang astronot yang kembali dari ISS.
Ia menemukan, setelah enam bulan di ISS, mereka kehilangan antara 6 persen sampai 9 persen kepadatan dari tulang pinggul. Paparan radiasi selama di ruang angkasa menyebabkan osteoporosis.
Advertisement
Risiko serangan jantung
Radiasi dan gravitasi rendah berdampak pada sistem kardiovaskular (jantung) tubuh. Pada astronot, hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah saat kembali ke Bumi. Mereka juga berisiko tinggi terkena serangan jantung di kemudian hari.
Marlene Grenon, profesor bedah vaskular mengatakan, kurangnya gravitasi menyebabkan penurunan gen tertentu dalam sel sehingga mempengaruhi adhesi plak (proses bakteri menempel) ke dinding pembuluh darah.
Selain itu, gravitasi luar angkasa menyebabkan perubahan pada sel, yang bertugas membangun fungsi ke jantung. Hal ini membuat astronot terkena aritmia jantung--gangguan irama detak jantung (terlalu cepat atau terlalu lambat).
Gangguan sistem kekebalan dan sel tubuh
Para astronot yang tinggal di luar angkasa juga memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi secara baik. microRNA (miRNA), molekul kecil yang dapat mengaktifkan atau menonaktifkan gen tidak berfungsi dengan baik.
Kondisi ini juga terlihat pada orangtua yang punya kekebalan tubuh rendah saat memasuki penuaan. Di ruang angkasa, kondisi ini mulai terjadi setelah 30 menit seseorang berada di luar angkasa.
Sementara itu, pada manusia yang hidup di Bumi mungkin memakan waktu 30 tahun.Â
Jadi, masih yakin ingin jadi penduduk Asgardia?
Advertisement