Liputan6.com, Jakarta Selama ini doxorubicin digunakan sebagai salah satu obat untuk kemoterapi pasien kanker payudara melalui injeksi intravena--pemberian obat melalui pembuluh darah vena. Hal ini dikarenakan cara ini membuat obat dapat bekerja secara cepat.
Baca Juga
Advertisement
Tapi cara tersebut menyebabkan nekrosis dan perdarahan (ulserasi) akibat penyuntikan, sekaligus muncul efek samping berupa alergi yang perlu waktu untuk penanganannya. Namun, ada sebuah cara agar pasien tidak mengalami efek samping.
Ada inovasi berupa koyo (patch) yang mengandung doxorubicin dan dapat ditempel di kulit payudara. Seperti ditulis dari laman Universitas Airlangga (UNAIR), Selasa (1/8/2017), kinerja Patch Doxorubicin saat ditempel, hantaran arus listrik (iontoforesis) akan masuk ke dalam jaringan yang terkena kanker payudara.
Ayu Tarantika Indreswari, ketua Tim dari Fakultas Farmasi UNAIR menjelaskan keunggulan Patch Doxorubicin. Koyo ini sangat mudah digunakan dan tidak menyakitkan pasien. Targetnya langsung mengarah pada jaringan kanker payudara. Bila terjadi tanda-tanda alergi, maka koyo dapat dilepas dari kulit.
Penelitian ini dilakukan mahasiswi Fakultas Farmasi UNAIR yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKMPE), yaitu Ayu Tarantika Indreswari, Vita Fitria, Galuh Damar, Nurul Azizah, dan Beatrice.
Koyo yang mereka ciptakan ini meraih penghargaan sebagai salah satu gagasan terbaik dari ISPE (International Society Pharmaceutical Engineering)--forum profesional dari Industri Farmasi, yang diselenggarakan bulan Mei lalu di Jakarta.
“Kami berharap penelitian ini tidak berhenti sekadar penelitian. Tapi ke depannya dapat benar-benar dikembangkan dan diproduksi dalam skala industri sehingga industri farmasi di Indonesia dapat memimpin inovasi obat kanker, khususnya obat kanker payudara berbasis koyo,” tutup Ayu.
Simak video menarik berikut ini: