Liputan6.com, Jakarta Melanjutkan kumpulan tulisan Dokter Pejuang Kemerdekaan, setelah kemarin membahas tentang Dr. Moestopo, untuk edisi Sabtu (5/8/2017) Health-Liputan6.com akan membahas salah satu tokoh penting di balik berdirinya organisasi modern pertama di Indonesia, yaitu Dr. Wahidin Sudirohusodo.Â
Nama Dokter Wahidin Sudirohusodo tidak bisa dilepaskan sebagai perjuang kemerdekaan Republik Indonesia. Dokter kelahiran kelahiran Desa Mlati, Yogyakarta, ini memegang peranan penting dalam sejarah bangsa.
Baca Juga
Lahir pada tanggal 7 Januari 1852, Dr Wahidin berasal dari orangtua berdarah Bugis dan Makassar. Mengutip Tokoh Indonesia, walau berasal dari keluarga berada, Dr Wahidin sangat senang bergaul dengan rakyat biasa.
Advertisement
Dr Wahidin menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di Yogyakarta. Dia lalu melanjutkan pendidikannya di Europeesche Lagere School yang juga berada di Yogyakarta.
Selain memiliki keinginan belajar yang besar, Dr Wahidin juga memiliki kecintaan pada dunia medis. Dia lalu memutuskan untuk melanjutkan studinya ke sekolah dokter Jawa, atau dikenal juga sebagai School tot Opleiding van Inlandche Artsen (STOVIA) di Jakarta.
Setelah berhasil menjadi dokter, Dr Wahidin kembali ke Yogyakarta. Dia berkeinginan untuk meringankan beban rakyat melalui profesinya sebagai dokter. Inilah yang membuatnya tidak pernah meminta bayaran sedikitpun.
Karena sering bergaul dengan rakyat kecil, Dr Wahidin bisa melihat secara langsung bagaimana efek penjajahan Belanda, terutama pada rakyat miskin.
Dr Wahidin lalu memiliki keinginan untuk membebaskan penderitaan rakyat. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan. Dr Wahidin ingin agar rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengenyam pendidikan di sekolah.
Dr Wahidin kemudian juga berusaha mendekati tokoh-tokoh masyarakat di kota Jawa. Hal ini dilakukannya agar bisa mengampanyekan keinginannya untuk mencerdaskan kehidupan rakyat.
Usaha Dr Wahidin ini sempat tersendat, karena tidak semua tokoh memiliki pandangan yang sama dengannya. Tidak gentar, dia lalu membidik target yang lain. Dr Wahidin mulai mendekati para pelajar di STOVIA di Jakarta.
Di STOVIA gagasan Dr Wahidin diterima dengan tangan terbuka. Dia lalu menganjurkan para pelajar STOVIA agar mendirikan organisasi yang bertujuan untuk memajukan pendidikan bagi rakyat Indonesia.
Gagasan Dr Wahidin inilah yang mendorong terciptanya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Budi Utomo adalah organisasi modern pertama yang lahir di Indonesia. Walau bukan pendirinya, Dr Wahidin Sudirohusodo selalu dikaitkan dengan berdirinya Budi Utomo.
Perjuangan Dr Wahidin bukan hanya itu saja. Pada tahun 1904 dia menerbitkan majalah Retna Doemilah, yang berarti penerangan. Majalah ini bertugas sebagai penyampai pesan bagi rakyat, bahwa pendidikan itu sangatlah penting.
Dr Wahidin juga menerbitkan majalah Guru Desa yang menerangkan pentingnya kesehatan. Tujuannya adalah untuk melawan kepercayaan terhadap dukun dan tahayul yang masih banyak dipercayai rakyat kala itu.
Dr Wahidin Sudirohusodo meninggal dunia pada tanggal 26 Mei 1917, di usia 65 tahun. Dia dimakamkan di Desa Mlati, tanah kelahirannya. Tanggal 6 November 1973 Dr Wahidin Sudirohusodo ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sesuai dengan Keppres No. 88/TK/1973.