Liputan6.com, Jakarta Artikel ini masuk dalam buku Kumpulan Hasil Liputan Peserta Health & Nutrition Journalist Academy 2017, yang diselenggarakan Sekolah Jurnalisme Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Pola asuh atasi terlambat bicara ini menjadi bagian dari tulisan berjudul, "Terlambat Bicara dan Sindrom Anak Kota" dalam buku tersebut. Liputan investigasi dilakukan selama bulan Mei 2017.
Keterlambatan bicara termasuk permasalahan yang biasa dialami anak-anak perkotaan. Orangtua yang sibuk bekerja membuat anak dirawat pengasuh atau dititipkan di rumah nenek-kakek.
Advertisement
Baca Juga
Pola asuh yang salah juga menjadi salah satu penyebab utama dari anak terlambat bicara. Psikolog anak Ayoe Utami mengatakan, salah satu pola asuh yang salah adalah ketika orangtua kurang memberikan stimulasi pada anak.
Orangtua kurang mengajak anak bicara, tidak melakukan aktivitas bersama anak yang merangsang kemampuan bicara anak, seperti mendongeng, bercerita, atau bercakap-cakap dengan anak. Apalagi bila orangtua membiarkan anak lebih akrab memainkan gawai sehingga kurang mendapat stimulasi langsung dalam berbicara.
Jika Anda termasuk orangtua yang dua-duanya pekerja, sisipkan waktu khusus dengan anak, yakni pagi atau malam sekitar 15-30 menit per hari. Sebaiknya, fokus pada kegiatan bersama anak yang melibatkan aktivitas verbal.
Misal, mengobrol, membaca buku cerita, dan bermain bersama, jelas Ayoe, saat diwawancarai pada 22 Mei 2017. Ia menambahkan, jika orang tua tak memiliki banyak waktu, mereka bisa meminta bantuan pengasuh agar mengajak anak berlatih bicara.
Kepala Divisi Pediatri, Departemen Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr Luh Karunia Wahyuni, menyatakan, pola asuh orangtua yang terlalu protektif juga merupakan salah satu faktor anak terlambat bicara. Sebab, perilaku orangtua seperti itu membuat anak tidak bisa melakukan aktivitas dengan bebas.
Untuk mengatasi masalah anak terlambat bicara ini, Ayoe memberikan sejumlah tips. Pertama, hentikan memberikan mainan gawai kepada anak. Atau, orangtua bisa mulai mengontrol penggunaan gawai dan mengurangi durasi pemakaiannya.
Jika cara ini dilakukan, perlahan-lahan anak mungkin akan menyadari seberapa lama ia diperbolehkan main gawai atau kapan waktu yang tepat untuk bermain gawai.
Kedua, perbanyak aktivitas yang melibatkan stimulasi bicara. Orangtua bisa melakukan ini dengan cara membacakan dongeng sebelum anak tidur.
Ketiga, sesering mungkin mengobrol dengan anak. Tanyakan aktivitas anak hari ini. Biarkan anak merespons pembicaraan. Lalu. tunggu anak sampai berbicara dan merespons.
Orangtua juga bisa balik merespons atau memberikan arahan dan pesan dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Selain melatih berbicara, kata Ayoe, cara ini semakin mendekatkan hubungan anak dan orangtua.
Simak video menarik berikut ini: