Sukses

Coba Selamatkan Warga Semarang, dr Kariadi Dibunuh Penjajah

Di tengah perjalanan menyelamatkan nyawa warga Semarang, Dr Karidi dicegat pasukan Jepang dan dibunuh secara keji.

Liputan6.com, Jakarta Melanjutkan cerita dr. Abdul Moeloek dalam rangkaian Dokter Pejuang Kemerdekaan, maka untuk edisi ini tim Health-Liputan6.com akan mengangkat kisah seorang dokter pejuang dari Semarang yang tewas di tangan Jepang.

Gedung besar yang berdiri di Jalan Doktor Sutomo No.16, Randusari, Semarang Selatan, memang dikenal sebagai rumah sakit tertua yang penuh mistis. Namun, singkirkan dahulu cerita misteri yang mungkin bisa membuat bulu kuduk merinding dan telusuri histori dari Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi.

Dalam sebuah perbincangan yang telah dilakukan tim Liputan6.com, beberapa waktu lalu bersama Wakil Ketua DPRD Jateng, Ahmadi, dia menyebut sosok dokter Kariadi ialah pahlawan muda yang memiliki semangat juang tinggi dan bisa menjadi contoh baik untuk masyarakat.

Lahir pada 1904, Kariadi pernah menjabat sebagai Kepala Laboratorium di Rumah Sakit Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara), yang pada zaman Hindia Belanda dikenal sebagai CBZ (Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting). Seperti dikutip dari Kajian Tentang Perjuangan Dr. Kariadi Berdasarkan Beberapa Tulisan dan Kesaksian Dalam Rangka Pengusulannya Sebagai Pahlawan Nasional milik Universitas Padjadjaran, Dr Kariadi merupakan lulusan N.I.A.S. di Surabaya.

Sebagian informasi menyebutkan, kematian dokter Kariadi adalah salah satu penyebab terjadinya pertempuran 5 hari di Semarang. Pada 17 Agustus 1945, Jepang bersikukuh akan menyerahkan senjata pada Sekutu. Namun, para pemuda Indonesia berusaha merebut/melucuti persenjataan Jepang.

Hal ini memicu ketegangan, konflik dan pertempuran. Pada 14 Oktober 1945, diisukan juga Jepang telah meracuni sumber air minum warga Kota Semarang. Mendengar kabar tersebut, Dr Kariadi langsung ambil alih dan berusaha meneliti kebenaran isu tersebut.

Dalam situasi sangat berbahaya, Dr Kariadi menerobos Reservoir Siranda, sebuah bangunan penampungan air di Semarang. Ahmadi mengisahkan, istri Dr Kariadi, drg Soenarti telah mencoba mencegah suaminya pergi. Namun, Dr Kariadi berkehendak lain, ia kekeh untuk melanjutkan niatnya.

Sayang, di tengah perjalanan, ia dicegat pasukan Jepang dan dibunuh secara keji. Dr Kariadi gugur bersama seorang Tentara Pelajar yang menyopiri mobil yang ia tumpangi.

Diketahui, gugurnya Dr Kariadi memicu kemarahan rakyat kala itu yang sudah lebih dulu terlibat konflik hebat dengan pasukan Jepang. Akibatnya terjadilah pertempuran 5 Hari di Semarang, yang memakan korban rakyat sebanyak 2000 orang, Rabu (9/8/2017).

Â