Liputan6.com, Jakarta - Terlahir dari keluarga pejabat, tak lantas membuat dua Paskibraka Nasional ini memanfaatkan jabatan sang ayah demi lolos menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka di Istana Negara.
Mereka tetap berjuang dan mengikuti proses seleksi dari awal hingga akhir. Perjalanan tentu tak mulus.
Namun, atas tekad yang kuat untuk menjadi seorang Paskibraka Nasional, Muhammad Naufal dan Alfares Deo bisa bergabung untuk mengibarkan Bendera Merah Putih 17 Agustus nanti.
Advertisement
Muhammad Naufal asal Provinsi Jawa Barat mengaku mengikuti Paskibraka untuk membuktikan dirinya bukanlah anak manja. Naufal merupakan putra Budi Budiman, Wali Kota Tasikmalaya.
Naufal ingin menunjukkan, dia bukan lah anak yang mengandalkan jabatan orangtua untuk meraih prestasi di tingkat nasional.
Tuhan seperti menjawab keinginan Naufal. Beberapa bulan kemudian, siswa yang hobi bermain futsal ini mendapat kabar akan ada seleksi calon Paskibraka Nasional 2017 di Kota Tasikmalaya. Dia pun antusias mendengar pengumuman itu.
Pucuk dicinta ulam tiba. Pepatah itu terjadi pada Naufal. Ternyata, organisasi Paskibraka SMA Negeri 1 Kota Tasikmalaya telah mencantumkan Naufal untuk mengikuti seleksi tersebut.
"Setelah direkrut, saya dibina dan dilatih untuk dipersiapkan di seleksi tingkat kota," kata Naufal kepada Diary Paskibraka Liputan6.com, Sabtu 5 Agustus 2017.
Pria kelahiran Tasikmalaya, 20 Desember 2000 ini tidak memberitahu siapa pun terkait seleksi itu. Naufal tak mau ada campur tangan sang ayah untuk urusan ini. Biar orang mengenalnya sebagai siswa biasa yang datang mengikuti seleksi dan dilatih dengan sungguh-sungguh.
"Saya baru memberitahu Papa setelah selesai seleksi dan terpilih menjadi nominasi calon Paskibraka tingkat Jawa Barat, perwakilan Tasikmalaya," ujar Naufal.
Naufal unggul dan berhasil mengalahkan 374 peserta. Sontak, Budi Budiman terkejut mendengar kabar bahagia itu. Naufal terus diingatkan supaya berlatih lebih giat lagi agar lolos sampai ke tingkat paling atas.
Hal yang mirip dialami Alfares Deo Simangunsong. Dia adalah putra anggota DPRD Kalimantan Timur.
Deo menegaskan, saat mengikuti seleksi, sama sekali tidak menggunakan jabatan sang ayah agar lolos dalam seleksi Paskibraka Nasional.
Sejak awal, dia khawatir teman-temannya menganggap siswa SMA 4 Tanjung Redeb Berau itu lolos seleksi Paskibraka karena jabatan orangtua.
"Tidak, meskipun ayah saya jadi anggota DPRD Kaltim tapi sama sekali saya tidak menggunakannya untuk lolos Paskibraka. Saya ingin saya diketahui orang lolos Paskibraka karena usaha sendiri," kata Deo kepada Diary Paskibraka Liputan6.com di Cibubur Jakarta Timur, Jumat 4 Agustus 2018.
Menurut dia, sang ayah bangga sekali kala mengetahui keberhasilannya lolos jadi Paskibraka dan dapat melenggang ke Istana Negara. Ayah dan ibunya pun memberikan semangat kepada Deo.
"Bangga sekali mereka karena tahu saya ikut ini karena usaha sendiri," ucap Deo.
Dia pun mengaku merasakan hal berbeda saat tinggal berjauhan dengan orangtua. Tinggal di asrama Paskibraka sudah tentu membuat siswa yang hobi bermain basket ini dituntut mandiri.
Berbeda, jika ia tinggal di rumah bersama orangtua. Segala keperluan sehari-harinya sudah ada yang mengurusi.
"Sempat (sulit menyesuaikan diri). Karena kan kalau di rumah saya apa-apa dibantu sama mama. Sekarang harus sendiri, nyuci baju sendiri," pungkas Deo.
Selama di asrama, siswa SMAN 1 Berau itu juga harus membiasakan diri bangun lebih pagi dan sarapan. Sementara di rumah, Deo terbiasa bangun siang dan tidak sarapan, apalagi jika hari libur.
"Kalau di asrama kan harus bangun dan sarapan pagi, subuh itu sudah bangun," tutur laki-laki yang bercita-cita sebagai pilot itu.
Namun, Deo mengaku sekarang sudah terbiasa dengan hal-hal seperti tersebut. Menurut dia, ini adalah pembelajaran baru buatnya jauh dari orangtua dan hidup mandiri.
Kini, Naufal dan Deo, dan 66 Paskibraka Nasional lainnya, tinggal menghitung jam saja menuju detik-detik Proklamasi di Istana Negara dan ditonton oleh jutaan pasang mata.
Saksikan video berikut ini: