Sukses

Tiara Savitri, Penyintas Lupus yang Jatuh Cinta Mendaki Gunung

Tiara Savitri termasuk penyintas lupus (survivor lupus), yang mencintai alam dan mulai mendaki gunung.

Liputan6.com, Jakarta Meskipun Tiara Savitri, 47 tahun, termasuk seseorang penyintas lupus (survivor lupus), ia jatuh cinta dengan alam dan gunung. Tiara menjadi salah satu orang dengan lupus (Odapus) yang berhasil mendaki 11 gunung di Indonesia pada tahun 2012. Sejak saat itu Tiara mengaku, alam dan gunung mampu membuat tubuhnya terasa sehat.

Tiara terkena lupus--penyakit peradangan kronis yang menyerang kulit, sendi, ginjal, paru, susunan saraf, dan organ tubuh lainnya--sejak tahun 1987. Pada waktu itu, ia masih duduk SMA dan berusia 17 tahun.

"Saya ini tipe orang yang aktif dan suka olahraga. Tapi dari 1987 sampai 2012, saya berhenti olahraga. Apalagi olahraga yang dilakukan di luar ruangan. Karena odapus kan tidak boleh terkena sinar matahari langsung dalam jangka waktu lama. Sinar matahari bisa membuat odapus terserang nyeri sendi yang luar biasa sakit," ujar Tiara saat diwawancarai Health Liputan6.com dalam acara Festival Prestasi Indonesia di Jakarta Convention Center, ditulis Rabu (23/8/2017).

Menurut Tiara, odapus bisa mengatasi paparan sinar matahari dengan menggunakan pakaian tertutup, topi atau lotion sunblock. Ia membuktikan diri, odapus mampu melakukan hal menantang, seperti mendaki gunung. Tiara mulai memberanikan diri mendaki gunung saat dirinya diminta melakukan sosialisasi soal lupus kepada para wanita yang melakukan program mendaki 11 gunung di Indonesia pada 2012.

"Lantas saya berpikir, kenapa saya hanya memberikan sosialiasi saja? Kenapa tidak, kalau saya ikut  menantang alam  dan ikut mendaki? Itulah awal, saya jatuh cinta dengan alam dan gunung. Saya ikut pendakian tersebut setelah sekian lama berhenti olahraga sejak terkena lupus," ujarnya.

 

Simak video menarik berikut ini:

2 dari 5 halaman

Alam berikan pelajaran berharga

Berkat pendakian 11 gunung di tahun 2012, Tiara membuktikan kepada orang-orang di sekitarnya. Mulai dari keluarga, teman-teman bahkan dokter, tak perlu khawatir soal mendaki gunung. Setelah mendaki gunung, kondisi Tiara malah kian membaik dan berpikir lebih segar dan positif.

"Di alam saat mendaki gunung, saya belajar bagaimana menahan egois, bagaimana menjadi seseorang yang lebih bijak. Alam juga melatih saya menjaga sikap dan tingkah laku, tutur kata, dan keinginan. Inilah yang dibutuhkan untuk teman-teman lupus hingga kondisinya menjadi lebih baik," ujar Tiara.

Pendakian di gunung tersebut  membuat Tiara mengajak 120 odapus dari berbagai daerah di Indonesia untuk melakukan "Lupus Goes to Nature." Acara ini digelar pada Hari Lupus Sedunia pada 2013. Para odapus tracking hutan alam menuju air terjun Situgunung, Sukabumi, Jawa Barat.

3 dari 5 halaman

Persiapan mendaki gunung

Berbeda dengan orang pada umumnya, persiapan mendaki gunung  odapus harus melalui serangkaian pemeriksaan kesehatan.

"Saya harus memeriksakan kondisi tubuh terlebih dahulu. Ini juga karena pelatih saya meminta hasil pemeriksaan kesehatan, mulai dari pemeriksaan jantung, saraf, dan lainnya. Ditambah lagi,  saya membekali diri dengan obat-obatan yang tidak sedikit. Jadi, bisa dibilang, satu koper bisa setengah kilo berisi obat-obatan," ujar Tiara.

Ia menambahkan, dari 11 gunung yang didaki, seluruh obat-obatan yang dibawa tidak ada yang dipakainya. Obat-obatan itu justru dibagikan ke orang yang membutuhkan obat saat pendakian.

4 dari 5 halaman

Terserang nyeri sendi

Saat pendakian gunung pertama tahun 2012, Tiara mengalami serangan nyeri sendi pada kaki yang sangat menyakitkan. Nyeri sendi merupakan gejala umum dari lupus.

"Ya, nyeri sendi sudah menjadi 'makanan' dan hal yang biasa bagi teman-teman lupus. Nyerinya bisa dibilang nikmat luar biasa, yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saya sampai tidak bisa bergerak. Bergeser sedikit pun sangat nyeri. Pas ada orang yang mau membantu saya.  Belum menyentuh saya, saya sudah teriak sakit," ujar Tiara.

Tiara Savitri, penyintas lupus (survivor lupus) mencintai mendaki gunung. (Foto: Liputan6.com/Fitri Haryanti Harsono)

Bagi Tiara, ia hanya membutuhkan waktu untuk mengendalikan diri dan meredakan nyeri sendi. Ia perlu menenangkan diri dengan menarik napas. Cara ini ternyata berhasil.

"Ini pertama kali saya terserang nyeri. Ada kali  sekitar 30 menit saya mengalami nyeri. Dan syukurnya, teman-teman yang mendampingi saya juga pelatih sabar menunggu sampai saya normal kembali. Setelah serangan itu, saya bisa berjalan normal kembal seperti tidak ada keluhan apapun," lanjutnya.

5 dari 5 halaman

Pola hidup sehat yang ekstra

Sebagai penyintas dan odapus lupus, Tiara sudah menjalani pola hidup sehat agar menjaga kesehatan tubuhnya. Pola hidup sehat sangat berbeda dari kebanyakan orang lainnya.

"Odapus itu lebih ekstra jalani pola hidup sehat. Sayur dan buah itu harus tiga kali sehari. Mau sayur dan buahnya sedikit yang penting harus ada tiga kali sehari.  Olahraga minimal 30 menit, seperti jalan kaki. Jalan kaki lebih cepat dari jalan biasa. Kemudian tidak mengonsumsi makanan mengandung MSG (sodium glutamate) dan pengawet pewarna. 

Tiara sekarang tetap aktif di Yayasan Lupus Indonesia (YLI) untuk memberikan sosialisasi dan semangat hidup kepada para odapus.