Liputan6.com, Jakarta Kebutuhan materi yang tidak bisa dipenuhi AM diduga menjadi dasar pembunuhan terhadap sang istri yang merupakan pegawai BNN, Indria. AM mengaku pembunuhan tersebut dilakukan lantaran bertengkar dengan sang istri.
Menurut keluarga AM, cekcok kerap terjadi lantaran Indria menuntut suaminya untuk dibelikan mobil dan rumah mewah. Apakah yang dilakukan Indria merupakan gambaran masyarakat modern kini yang lebih konsumtif terhadap materi?
Baca Juga
Saat teknologi informasi belum semaju sekarang, memang sudah ada orang-orang konsumtif. Namun, paparan teknologi membuat jumlah orang konsumtif meningkat seperti disampaikan psikolog klinis dewasa PION Clinican, Rena Masri.
"Faktor teknologi membuat masyarakat modern jadi lebih mudah melihat orang lain memiliki apa," kata Rena.
Advertisement
Selain itu, teknologi juga mempermudah dan mempercepat manusia dalam memenuhi kebutuhan. Misalnya, ketika ingin tahu informasi tentang mobil, bisa dalam hitungan detik langsung mengetahui harga serta spesifikasinya.
"Ketika segala kebutuhan dengan mudah terpenuhi, hal itu membuat segala sesuatunya jadi ingin cepat, termasuk ketika ingin sebuah barang langsung ingin cepat," papar Rena.Â
Â
Saksikan juga video berikut ini:Â
Peer pressure
Faktor teknologi bukan satu-satunya. Masih ada peer pressure atau tekanan teman sebaya. Misalnya, bila di kelompok hubungan pertemanan ada yang memiliki tas terbaru atau mobil terbaru, muncul keinginan untuk hal yang sama.
"Kalau misalnya enggak membeli, nanti ada peer pressure. Misalnya jadi enggak ditemani atau enggak percaya diri saat berkumpul bersama mereka. Sehingga tak heran, bila ada orang yang rela melakukan beragam cara untuk membeli sesuatu karena peer presure," kata Rena.
Terakhir, faktor pola asuh memberi peran juga seseorang jadi konsumtif. Bila sejak kecil orangtua memenuhi keinginan anak secara cepat hal tersebut bakal berlangsung hingga besar.
"Bila orangtua dengan cepat memberikan apa yang diminta anak, dia akan membawa pola itu ke suaminya. Dia akan menuntut hal yang sama ke suami," katanya saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Selasa (5/9/2017).
Advertisement
Bila keinginan tidak terpenuhi
Ketika keinginan seorang dengan perilaku konsumtif tak terpenuhi, ini memicu timbulnya marah-marah, stres bahkan depresi. Misalnya ketika seorang istri menginginkan suami membelikan rumah atau mobil tapi tak kunjung diberikan, di tahap awal dia bisa marah-marah pada suami.
"Kalau kebutuhan enggak terpenuhi, itu pasti membuat kepikiran. Lalu muncul banyak pikiran sampai-sampai sibuk sendiri dengan emosi tersebut. Ketika emosi tidak terkontrol, bisa melakukan sesuatu di luar batas seperti marah-marah atau memukul," kata Rena.
Orang konsumtif juga biasanya mengerti ada banyak jalan pintas agar kebutuhan material terpenuhi. Hal ini makin membuat orang tersebut merongrong suami, seperti yang kemungkinan dilakukan Indria, jelas Rena.
"Mungkin istri ada stres lain selain pemenuhan kebutuhan material. Hingga akhirnya emosi istri meledak, lalu suami pun enggak bisa kontrol karena terus-menerus dicaci atau dirongrong oleh istri," kata Rena.
Ketika suami dalam jangka waktu panjang terus dirongrong akan kebutuhan material, lama-kelamaan akan timbul stres. "Ketika ada percekcokan, istri terus merongrong dan suami emosi sekali yang membuat tidak bisa berpikir jernih.  Saat kejadian itu, mungkin (dia) hanya ingin istri tidak berisik, tapi dengan cara yang tidak diinginkan," kata Rena.