Sukses

Universitas Brawijaya Produksi Alat Deteksi Diabetes

Universitas Brawijaya (UB) Malang sedang memproses produksi alat diagnostic kit untuk mendeteksi secara dini penyakit diabetes militus (DM)

Liputan6.com, Jakarta Universitas Brawijaya (UB) Malang sedang memproses produksi alat diagnostic kit untuk mendeteksi secara dini penyakit diabetes militus (DM) secara massal pesanan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

"Sertifikat izin produksi massal akan keluar pada November 2017 yang akan diumumkan langsung oleh Kemenkes untuk diedarkan ke seluruh Indonesia. Sebab, UB sebagai Badan Layanan Umum (BLU) tidak bisa mengedarkan sendiri, sehingga diambil alih oleh Kemenkes," kata Direktur utama Biosains UB Prof Fatchiyah di Malang, Jawa Timur, Sabtu.

Selain bekerja sama dengan Kemenkes, UB juga kerja sama dengan Biofarma yang memesan sebanyak lima juta alat diagnostic per tahun.

Masyarakat sudah banyak yang minta karena alat ini akurat, namun UB akan memproduksi sekitar 2,5 juta alat per tahun.

Untuk peredaran alat deteksi dini DM tersebut, katanya, pihaknya menyerahkan sepenuhnya ke Biofarma dan pihak swasta. Bahkan, alat tersebut sudah mendapat pesanan dari Madagaskar.

"Kami sekarang juga sedang melakukan negosiasi dengan Maroko yang ingin memegang kuasa pengedaran alat untuk seluruh Afrika," katanya.

Sebenarnya, lanjut Fatchiyah, Maroko meminta paten, tetapi UB tidak membolehkan.

"Alat ini dikembangkan oleh orang Indonesia, mulai dari riset hingga produksi. Kit tersebut diberi nama "Kit Diagnostik GAD65 Diabetes".

2 dari 2 halaman

Kerjasama Biofarma

Kit Diagnostik GAD65 Diabetes, merupakan salah satu produk Laboratorium Biosains UB bekerjasama dengan PT Biofarma Bandung.

Produk ini, merupakan alat untuk mendeteksi penyakit diabetes secara dini untuk pasien "DM Tipe 1" berbasis "Reverse flow Immunochromatoghraphy" atau "Rapid Test Autoimmunue Marker autoantibodi GAD65".

Fatchiyah menjelaskan bentuk Kit Diagnostik GAD65 yang sederhana menjadikan cara pemakaian yang sederhana pula.

"Mirip alat tes kehamilan, dokter cukup memasukkan satu tetes darah pasiennya ke dalam kertas, kemudian kertas itu diberi tetesan cairan buffer dan tetesan cairan khusus dan hasil diagnosa berupa positif dan negatif diabetes pun akan muncul," kata Fatchiyah padaa saat peluncuran produk tesrebut, belum lama ini.

Sementara itu, Rektor UB Prof Muhammadi Bisri mengatakan UB mencoba masuk dalam empat aspek, yaitu akademik, bisnis, pemerintah, dan komunitas.

"Dalam hal deteksi dini diabetes melitus ini misalnya, kami bekerja sama dengan koperasi, biofarma, dan Kemenkes," kata Bisri. (Endang Sukarelawati/AntaraNews)

Video Terkini