Liputan6.com, Jakarta Salah satu penyakit kronis yang kerap dialami oleh lansia adalah osteoarthritis (OA). Rasa nyeri sendi tak melulu dipengaruhi faktor umur. Cara berolahraga dan kenaikan berat badan, bisa meningkatkan risiko seseorang terkena OA.
Fenomena terus bertambahnya penderita nyeri sendi dikemukakan oleh Dr. Michael Triangto, SpKO. Ada hubungan signifikan antara peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH), membaiknya tingkat perekonomian, dan pola gaya hidup.
Baca Juga
"Dari tahun ke tahun, AHH penduduk Indonesia terus meningkat. Usia hidup masyarakat jauh lebih panjang. Membaiknya tingkat perekonomian membuat perubahan gaya hidup yaitu naiknya berat badannya. Hal ini yang kemudian rentan terhadap penyakit non-infeksi atau tidak menular seperti diabetes, hipertensi, jantung, dan nyeri sendi," beritahu dokter Michael saat dihubungi Health-Liputan6.com melalui telefon, Rabu (20/9/2017).
Advertisement
Kalau didefinisikan, osteoarthritis merupakan kombinasi osteo (tulang), Artho (sendi) dan itis (peradangan inflamasi). Ciri-ciri penderitanya mengalami kerusakan tulang rawan (kartilago) sendi yang ditandai dengan kemunduran kartilago sendi dan tulang di dekatnya. Akibatnya si penderita mengalami nyeri dan kekakuan sendi.
Gejala OA berkembang secara perlahan dan semakin parah seiring waktu. Tingkat keparahan gejala dan lokasi yang diserang bisa berbeda-beda pada tiap penderita. Rasa sakit dan kaku pada sendi membuat penderita kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari. Beberapa gejala lain yang mungkin menyertai di antaranya kelenturan sendi yang menurun dan sensasi serta suara gesekan pada sendi ketika digerakkan.
Â
Â
Nyeri sandi menyerang saat olahraga lari
Dokter Michael mengaitkan tingginya penderita OA dengan kebiasaan olahraga lari yang kian happening, mulai dari jogging, maraton, sampai triathlon. Pria kelahiran 28 Oktober 1959 ini menyarankan agar masyarakat khususnya lansia, mencermati teknik lari yang baik.
"Lari adalah olahraga yang terlihat sepele, apalagi tidak mengeluarkan modal. Olahraga ini juga sangat memasyarakat, sehingga membuat pelari pemula untuk melakukan teknik lebih serius. Perlu diketahui, lari potensial menyebabkan benturan lutut dan engkel. Semakin porsi latihannya digenjot, kerja otot tulang sendi juga semakin berat," papar penulis buku Langsing dan Sehat dengan Sports Therapy.
Berangkat dari tingginya ketidaktahuan masyarakat akan hal ini, dokter Michael memberi pencerahan yang menyejukkan. Ia berpesan jangan sampai niat seseorang untuk menjadi sehat malah menimbulkan masalah serius.
"Banyak orang berpikir, olahraga ringan bisa berdampak baik terhadap kesehatan. Kalau latihannya ditingkatkan, pasti akan jauh lebih menyehatkan. Ini yang salah dan harus digarisbawahi. Jangan sampai latihan fisik yang berat saat berlari, berdampak pada nyeri sendi bahkan serangan jantung. Pelari profesional yang sehat saja bisa meninggal mendadak, apalagi pelari baru yang minim pengetahuan," terang Chief of Sports Medicine Department PB. PBSI ini.
Advertisement