Liputan6.com, Jakarta Penyebab SLE atau lupus hingga saat ini belum diketahui secara pasti, karena diduga melibatkan suatu interaksi yang sangat kompleks dan banyak faktor antara variasi genetika dan juga lingkungan. Adanya gangguan dalam mekanisme pengaturan imun di sini merupakan kontribusi yang sangat penting dalam perkembangan penyakit ini.
Untuk Pengelolaan SLE atau lupus sendiri tidak hanya terbatas pada pemakaian obat saja. Pilar pengobatan lupus ini meliputi edukasi dan konseling, program rehabilitasi, sampai penyembuhan dengan obat-obatan.
Baca Juga
Menurut dr Yongki Warigit DA, SpPD, MKes, pilar pengobatan lupus seyogyanya dilakukan secara bersaman dan berkesinambungan agar tujuan pengobatannya tercapai.
Advertisement
"Tujuan utama pengobatan lupus yaitu untuk mendapatkan masa remisi yang panjang, menurunkan aktivitas penyakit seringan mungkin, mengurangi serta memelihara fungsi organ agar aktivitas hidup keseharian tetap baik, dan mencapai kualitas hidup yang optimal," beritahu dokter spesialis penyakit dalam ini melalui surel kepada Health-Liputan6, Sabtu (23/9/2017).Â
Simak juga video menarik berikut:
https://www.vidio.com/watch/850248-derita-penyakit-lupus-selena-gomez-lakukan-transplantasi-ginjal
Â
Pentingnya dukungan dari keluarga
Pada dasarnya, menurut dokter yang lama mengabdi di Kalimantan Selatan ini, seseorang dengan SLE sangat memerlukan informasi yang benar dan dukungan dari orang di sekitarnya agar dapat hidup mandiri. Penderita lupus perlu tahu tentang perjalanan penyakit maupun kompleksitasnya.
"ODAPUS (Orang Dengan Lupus) juga harus memiliki pengetahuan tentang masalah aktivitas fisik, mengurangi atau mencegah kekambuhan, antara lain melindungi kulit dari paparan sinar matahari dengan memakai tabir surya, payung atau topi, serta harus diperhatikan bila mengalami infeksi," tukas dokter ganteng ini.
Ia juga menganjurkan agar pasien melakuan olahgara dan menjaga keseimbangan berat badannya, karena akan berdampak pada osteoporosis maupun terjadi dislipidemia atau gangguan di profil lemak. Diperlukan pengetahuan dan informasi tentang pengawasan fungsi fungsi organ tubuh baik yang berkaitan dengan SLE itu sendiri ataupun akibat dari pemakaian obat obatan.
"Edukasi yang penting juga perlu diarahkan kepada keluarganya untuk memangkas stigma psikologis akibat adanya Lupus. Namun, dukungan keluarga sebaiknya tidak dilakukan berlebihan. Hal ini dimaksudkan agar pasien SLE atau ODAPUS dapat dimengerti oleh pihak keluarga dan mampu hidup mandiri dalam kesehariannya," saran dokter Yongki.
Â
Advertisement
Berkaca dari Selena Gomez
Tak ada yang pernah menduga jika Selena Gomez harus berjuang untuk sembuh dari lupus. Beruntung ia memiliki seorang sahabat bernama Francia Raisa. Meski baru sembilan tahun menjalin persahabatan, Francia Raisa tak ragu untuk mendonorkan ginjalnya kepada mantan kekasih Justin Bieber ini.
Terkait berita Selena Gomez yang ramai diperbincangkan, dokter Yongki tak menampik jika organ yang sering terlibat dengan penyakit lupus adalah ginjal. Menurutnya, lebih dari 70% pasien lupus mengalami keterlibatan ginjal sepanjang perjalanan penyakitnya.
"Istilahnya adalah Lupus Nefritis. Pasien ini memerlukan perhatian khusus agar tidak berlanjut ke memburuknya fungsi ginjal itu sendiri, yang efeknya akan berakhir dengan transplantasi atau cuci darah," jelas dokter jebolan AFI 2005 ini.
"Jika tak ada kontraindikasi pada seseorang dengan SLE, ditunjang dengan ketersediaan fasilitas, maka dapat dilakukan biopsi pada ginjalnya. Hal ini untuk memastikan diagnosa, mengevaluasi aktivitas penyakit, dan menentukan prognosis atau kemungkinan perjalanan penyakitnya. Terapi yang tepat perlu dilakukan agar tidak berlanjut ke kondisi yang lebih berat pada organ ginjalnya," papar suami dari dokter gigi Evin Kurnia ini.