Sukses

Usai Sedot Lemak, Wanita Inggris Ini Nyaris Meninggal

Prosedur sedot lemak nyaris membuat wanita ini meninggal karena komplikasi berbahaya dari prosedur tersebut.

Liputan6.com, Inggris Prosedur sedot lemak nyaris membuat seorang wanita berusia 45 tahun di Inggris meninggal. Setelah menjalani sedot lemak, wanita tersebut mengalami kondisi yang disebut sindrom emboli lemak.

Sindrom emboli lemak adalah komplikasi langka tapi berbahaya, yang dapat timbul dari sedot lemak, menurut laporan yang diterbitkan 25 September 2017 di jurnal BMJ Case Reports.

Sindrom emboli lemak mengacu pada suatu kondisi tatkala globular lemak (bulatan lemak yang bergabung) masuk ke aliran darah seseorang dan menghalangi pembuluh darah. Hal ini mencegah aliran darah. Kondisi ini terbilang sangat sulit didiagnosis.

Gejala biasanya tidak dirasakan 24-72 jam setelah sedot lemak. Jika tidak diobati, maka bisa menyebabkan peradangan di seluruh tubuh dan kegagalan organ.

Dalam kasus wanita tersebut, ia menjalani sedot lemak di lutut dan kakinya. Tujuan sedot lemak untuk menghilangkan beberapa lemak di bagian kakinya untuk mempermudah dirinya berjalan.

Setelah sedot lemak selesai, ia dipindahkan ke unit lain di rumah sakit untuk dipantau kesehatan.  

 

Simak video menarik berikut ini:

2 dari 3 halaman

Terkena sindrom emboli lemak

Dalam waktu 40 jam setelah sedot lemak, dokter menyadari ada sesuatu yang salah. Jantung wanita tersebut mulai berdegup kencang. Ia menjadi sangat mengantuk dan napas melambat. Ini menyebabkan penumpukan karbon dioksida dalam darahnya.

Wanita itu dipindahkan ke unit perawatan intensif. Dokter melakukan tes untuk mengetahui apa yang salah dengan kondisinya. Para dokter mendiagnosis sindrom emboli lemak menjadi penyebabnya, dilansir dari Live Science, Selasa (26/9/2017).

Sindrom emboli lemak dipengaruhi indeks massa tubuh yang tinggi, pembengkakan di kaki, dan kehilangan sejumlah besar lemak. Emboli lemak yang diakibatkan sedot lemak jarang terjadi, tulis para dokter.

Emboli lemak paling sering dikaitkan dengan patah tulang dan trauma, seperti kecelakaan mobil yang serius.

3 dari 3 halaman

Perawatan intensif

Demi memulihkan kondisi wanita tersebut, ia dirawat di unit perawatan intensif selama 12 hari. Ia ditempatkan di ventilator untuk membantunya bernapas selama delapan hari pertama.

Dokter mencatat, tidak ada perawatan khusus untuk sindrom emboli lemak. Sebagai gantinya, pasien diberi perawatan intensif sampai tubuh pulih dengan sendirinya.

Ketika dokter memeriksa wanita itu dua bulan kemudian, ia terlihat sembuh dengan baik.