Liputan6.com, Jakarta Diare paling sering diakibatkan oleh virus. Namun, pada bayi berumur kurang dari satu tahun atau pada anak bayi di bawah lima tahun, kondisi buang air besar dengan konsistensi kotoran lunak berair dengan frekuensi lebih dari satu hari bisa juga disebabkan oleh sensitivitas terhadap makanan.
Baca Juga
Advertisement
Emilia Achmadi, seorang pakar gizi, memaparkan beberapa kondisi yang bisa memunculkan reaksi tersebut, seperti konsumsi sari buah berlebihan, perkenalan terhadap jenis makanan baru yang terlalu cepat, dan ketidakmampuan tubuh si Kecil mengolah laktosa dalam susu yang dikarenakan tidak optimalnya produksi enzim laktase.
"Intoleransi terhadap laktosa ini menyebabkan munculnya gas, kembung, yang kemudian berakhir dengan diare," kata Emilia seperti dikutip dari keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu, 27 September 2017.
Diare menyebabkan penderitanya rentan mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Oleh karena si Kecil belum bisa memberitahu bahwa dia "kehausan", penting bagi orangtua dan pengasuh untuk memperhatikan gejala dehidrasi yang muncul, dan harus segera mengganti cairan yang hilang itu dengan yang baru.
Setelah si Kecil dinyatakan sembuh dari diare, dan jika ternyata penyebab dari diare itu karena intoleransi terhadap laktosa, Emilia mengatakan bahwa cara paling efektif menangani diare supaya tidak muncul kembali dengan mengganti susu yang anak minum.
"Dari susu biasa menjadi susu bebas laktosa," ujar Emilia.
Menurut Emilia, susu bebas laktosa merupakan sumber protein dan kalsium yang baik. Dengan mengganti susu si Kecil, dapat menghilangkan kekhawatiran para ibu yang anaknya mengalami diare akibat intoleransi laktosa.